Alex Waisimon, pelestari hutan adat dan pemiik sekaligus pengelola Bird Watching Isyo Hills di Rhepang Muaif, Nimbokrang, Kabupaten Jayapura, pada pagi buta 5 Oktober 2021, memandu tim ANTARA mengintip kemunculan burung cenderawasih yang ikonik dan hanya muncul setiap pagi atau sore. (ANTARA/Jafar Sidik)

Misterius sekali

Anda juga tak akan pernah tahu di pohon mana cenderawasih berada, kecuali Anda sabar menantinya.

Tak hanya kesabaran yang dibutuhkan, karena Anda juga memerlukan teropong atau kamera berlensa jarak jauh. Tak perlu super, walau semakin canggih semakin baik karena membuat pengalaman Anda dalam melihat dan mengabadikan cenderawasih semakin meyakinkan dan paripurna.

Jika Anda datang ke tempat ini untuk berselfie, lupakan saja niat itu, dan sebaiknya cari tempat lain yang lebih gampang untuk diambil sebagai objek atau latar belakang selfie Anda.

Lagi pula, Alex tak pernah berharap didatangi orang-orang dengan tujuan berfoto ria belaka.

Dia cuma berharap didatangi orang-orang yang mencintai burung dan lingkungan, yang mempedulikan konservasi alam serta ingin tahu bagaimana cenderawasih hidup di alam aslinya, bukan di sangkar-sangkar yang kejam memenjarakan satwa teramat indah ini.

Tapi tak ada yang tahu di mana cenderawasih bersarang. Burung ini amat misterius, bahkan warga suku asli Papua mana pun tak mengetahui sarangnya.

"Sampai sekarang kami tidak tahu seperti apa sarangnya dan di mana cenderawasih bersarang," kata Daud Wouw.

Padahal pemuda berusia 20 tahun dan salah satu pemandu terpercaya Alex ini lahir dan besar di daerah di mana cenderawasih berada.

Alex menyambung kalimat Daud, "Pernah ada yang mengaku melihat sarang cenderawasih. Saya tak percaya. Saya tanya dia, 'mana buktinya? mana fotonya? Orang itu ternyata tak bisa membuktikannya."

Menurut Alex, jangankan cenderawasih, merpati hutan yang juga ada di hutan ekowisatanya tak akan pernah bersarang lagi di tempat di mana manusia pernah memergoki sarangnya.

Alex bilang, "merpati hutan itu begitu tahu sarangnya sudah dilihat manusia, telur-telurnya mereka jatuhkan, sarangnya mereka tinggalkan, dan tak pernah lagi bersarang di tempat manusia melihatnya."

"Apalagi cenderawasih," sambung Alex, tentang sarang burung dengan jumlah spesies 43 itu.

Meskipun bisa pula ditemukan di Papua Nugini hingga Australia, sekitar 30 dari total 43 spesies cenderawasih itu ada di Indonesia. Dan 28 dari 30 spesies itu berada di Papua.

Di Isyo Hills sendiri, yang berluas 200 hektar, ada empat jenis cenderawasih, dengan jumlah sekitar 50-an ekor. Sebagian merupakan cenderawasih hasil pelepasan ke alam liar setelah dipelihara atau disita dari praktik-praktik perdagangan satwa ilegal.

Keempat jenis cenderawasih di Isyo Hills itu adalah cenderawasih mati kawat, cenderawasih opada, cenderawasih raja dan cenderawasih paruh sabit.

Masih ada beberapa jenis burung lainnya. Di antaranya yang bisa disebut adalah victoria crowned pigeon, yellow bird kingfisher, papuan babbler, lesser bird of paradise, nuri, kakatua putih, merpati hutan, mambruk, rangkung, maleo, kasuari, kanguru tanah, dan burung hantu.

Baca juga: Banyak Burung Cenderawasih "menari" di Hutan Warkesi Raja Ampat
Baca juga: Burung Cenderawasih dilarang dijadikan suvenir


Selanjutnya : pohon besi

Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2021