Garis keturunan

Soal motif ukiran, setiap garis keturunan Kamoro ternyata memiliki motif khas ukiran masing-masing yang tidak boleh ditiru oleh garis keturunan lain.

Lama pengerjaan setiap ukiran kayu juga bervariasi, tergantung ukuran dan rumitnya motif. Biasanya, Agustinus mengerjakan 1-2 hari untuk ukiran kecil.

"Yamate itu 4 hari (pengerjaan), kalau wemawe sampai satu minggu," jelas dia, sembari menunjuk wemawe, patung berbentuk manusia berukuran 2 meteran.

Sembari bercerita, sesekali terlihat rona merah di sela gigi Agustinus yang berasal dari sisa kunyahan buah pinang. Pinang di Papua memang sudah dianggap layaknya camilan.

Satu lagi, kalau biasanya ukiran kayu dipoles akhir menggunakan bahan seperti pernis atau politur, Agustinus memilih menggunakan oli sesuai anjuran sesepuhnya.

Paulus M, warga asli suku Kamoro lain juga membenarkan ukiran kayu yang menjadi warisan budaya leluhurnya dan masih lestari hingga kini.

Baca juga: Alex Waisimon menjaga cenderawasih dan hutan Papua lestari

Ketua Sanggar Manikame itu bercerita bahwa anak-anak sekolah di Kamoro sudah diajari memahat kayu, sekalipun tidak semua anak.

Biasanya, hanya orang-orang tua yang mempunyai bakat mengukir yang diwariskan turun temurun kepada anak turunannya, termasuk Paulus salah satunya.

Pada usianya yang tak lagi muda, ketua Sanggar Manikame itu masih produktif memahat kayu, sembari menunggui lapak miliknya di lokasi yang sama.

"Ini saya baru selesai kerja, pahat," kata pria ramah berkacamata itu, sambil menunjukkan ukiran kayu setengah matang karyanya.

Ukiran kayu pula yang mengantarkan Paulus berkesempatan bertemu dengan Presiden Joko Widodo.

"Kalau dari pena (pendidikan) belum tentu saya ketemu Bapak, tapi dari pahat saya bisa," ujar Paulus mengenang momentum ketika bertemu orang nomor satu di Indonesia itu.

Sanggar Manikame yang dipimpinnya tak hanya berkutat dengan ukiran kayu, tapi banyak seni lainnya, seperti tari hingga membuat noken. Hanya saja, Paulus mempunyai lima pemahat di sanggarnya.
 

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2021