Seni otentik

Ukiran kayu suku Kamoro hanya boleh dibuat oleh orang asli suku tersebut. Itulah sebabnya relatif susah menemukannya selain di daerah Papua, terutama Mimika.

Kalaupun ada di luar Papua, biasanya dibawa untuk pameran atau memang dipesan khusus. Namun, banyak juga ukiran Kamoro yang kini menjadi koleksi di luar negeri.

Harga yang ditawatkan pun bervariasi, mulai ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Tergantung kepada ukuran dan kerumitan motifnya, sementara untuk bahannya menggunakan kayu besi.

Atlet yang berlaga pada PON Papua pun tak mau ketinggalan berburu ukiran kayu Kamoro, seperti Rio Maholtra yang tak sengaja ketemu saat sedang berbelanja di Pasar Lama Timika.

Baca juga: Tangan-tangan kecil penggerak PON Papua

Atlet peraih medali emas nomor 110 meter gawang itu terlihat menenteng tiga ukiran kayu, yakni dua ukiran berwujud tongkat dan satu ukiran berbentuk kotak dengan motif ikan.

Rio langsung kepincut kala melihat ukiran ikan itu karena keotentikannya. Motifnya sederhana dan polesan akhirnya masih cukup kasar, tapi justru di situlah letak keaslian cita rasa seninya.

"Seneng. Karena enggak banyak tempat yang jualnya. Aku memang suka yang limited edition," kata atlet kelahiran Lahat, Sumatera Selatan, 28 Desember 1993 itu.
Atlet PON Papua Rio Maholtra memborong ukiran kayu khas suku Kamoro di Pasar Lama Mimika, Timika (ANTARA/Zuhdiar Laeis)l


Rio yang juga anggota Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) itu juga mengetahui kalau ukiran suku Kamoro memiliki nilai dan makna tersendiri dalam setiap motifnya.

"Jadi, mereka bikinnya enggak sembarangan. Ada sejarahnya," kata atlet yang mewakili Sumatera Selatan tersebut.

Tak cukup tiga ukiran, Rio berencana memboyong satu ukiran kayu lagi yang berukuran lumayan besar berbentuk wemawe atau manusia.

Kamoro memang bukan satu-satunya suku yang mewariskan seni ukir kayu di Papua. Masih ada suku lain, seperti Asmat yang juga memiliki seni ukiran kayu dengan keunikan tersendiri.

Masing-masing suku pasti memiliki budaya tersendiri yang tercermin dalam setiap karya seni yang dihasilkannya, termasuk suku Kamoro lewat seni ukirnya.

Yang pasti, jangan biarkan seni budaya warisan leluhur, apapun bentuknya, sampai lekang oleh zaman. Jangan sampai anak cucu tercerabut dari akar budayanya dan tak lagi mengenali peninggalan buyut moyangnya.

Baca juga: Medali mereka bukan dari gelanggang, tapi ladang

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2021