Saya berharap kasus bentrokan ini jangan sampai terulang lagi dan warga diminta menahan diri
Pandeglang (ANTARA News) - Korban meninggal dunia akibat bentrokan antara jamaah Ahmadiyah dan warga setempat, Minggu (6/2), bertambah dari tiga orang menjadi empat orang, sementara empat orang lainnya dalam keadaan kritis, kata camat Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Abdjah

"Kami telah menerima informasi korban yang dirujuk ke Rumah Sakit Pertamina Jakarta bernama Deden, telah meninggal dunia," katanya, Selasa.

Dengan demikian, katanya, jumlah korban yang meninggal dunia akibat bentrokan tersebut sebanyak empat orang dan empat orang lainnya dalam keadaan kritis. Sebelumnya, korban tewas akibat peristiwa berdarah itu tiga orang yang merupakan anggota Ahmadiyah.

Empat yang kondisinya kritis   kini ditangani tim medis Rumah Sakit Sari Asih, Serang.

Menurut Abdjah, pihaknya hingga kini belum mengetahui secara jelas mengenai identitas dan kondisi tiga korban yang meninggal dunia akibat bentrokan yang disebut-sebut bernama Mulyadi, Tarno dan Roni.

Sebab mereka para korban langsung dibawa ke RSUD Malingping dalam kondisi sudah meninggal, dan tanpa identitas.

"Kami yakin ketiga jenazah yang meninggal itu warga luar daerah dan bukan Mulyadi, Tarno dan Roni," katanya.

Dia menyebutkan, seluruh korban bentrokan yang terjadi di Desa Umbulan Kecamatan Cikeusik adalah warga jamaah Ahmadiyah dan mereka sebagian besar rata-rata mengalami luka akibat bacokan senjata tajam.

"Saya berharap kasus bentrokan ini jangan sampai terulang lagi dan warga diminta menahan diri," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Desa Umbulan, Kecamatan Cikeusik, M Johari, mengaku pihaknya tidak mengenal warga yang menyerang rumah pimpinan Ahmadiyah Suparman yang mengakibatkan tiga orang tewas di lokasi dan lima dilarikan ke RSUD Malingping.

Akibat bentrokan tersebut, selain merenggut nyawa juga dua mobil dibakar dan sebuah sepeda motor Honda GL-MAX dibuang ke sungai Cibeusik.

"Saya kira bentrokan ini sudah direncanakan karena warga Ahmadiyah sudah menyiapkan senjata tombak untuk melakukan perlawanan terhadap massa," katanya.
(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011