Colchester (ANTARA News) - Pengamat masalah Islam di Inggris, Hakimul Ikhwan, S.Sos., MA, mengatakan bahwa penyelenggaraan Islamic Awareness Week (IAW) dan Islamic conference yang digelar oleh Islamic Society Essex University di Colchester untuk kelima kalinya, hingga 12 Februari mendatang makin memperkuat multikulturalisme di Kerajaan Inggris.

Dosen di Universitas Gajah Mada yang sedang mengambil program doktor di Essex University kepada koresponden Antara London, Rabu mengatakan penyelenggaran IAW hanya beberapa hari setelah pernyataan kontroversial PM David Cameron tentang kegagalan multikulturalisme di Inggris, serta gerakan anti-Islam oleh EDL (English Defence League) di Luton, Utara London.

Dikatakannya baik Cameron maupun EDL menjadikan Islam dan masyarakat Muslim yang bertambah signifikan di Inggris sebagai sumber persoalan berujung pada kegagalan multikulturalisme.

Menurut Hakimul Ikhwan, yang sedang melakukan riset S3 nya Islamifikasi di Inggris dan Barat, bagi Pemerintahan Cameron, Islam dan Muslim tidak hanya gagal membendung terjadinya radikalisme, tetapi juga mengancam identitas nasional dan budaya Inggris.

Sebagai bentuk disinsentif, organisasi yg tidak proaktif melawan ektrimisme akan kehilangan alokasi dana dari pemerintah. Kebijakan lain juga dalam penggunaan bahasa Inggris dan muatan kurikulum di sekolah, ujar Hakimul Ikhwan, yang meraih Master di bidang Politics dan Social Policy di University of Nottingham, Inggris.

Sarjana sosiologi UGM Yogyakarta itu mengatakan di tengah sikap reaksioner tersebut, pelaksanaan Islamic Awareness yang diikuti dengan Islamic Conference yang diadakan pada hari Sabtu mendatang dengan menampilkan salah satu pembicaranya adik ipar mantan PM Inggris Tony Blair, Lauren Booth menjadi sangat strategis dan relevan.

Dikatakannya IAW menjadi momentum untuk justru memperkuat multikulturalisme dari semula "pasif" hanya sebatas kesadaran akan perbedaan menjadi dialog dan share nilai-nilai bersama.

"Ibarat keragaman multikultur dalam 'tube underground' London yang semula saling diam dan tidak menyapa menjadi lebih terbuka dan berbagi," ujar pendiri MASIKA ICMI Yogyakarta, dan ketua Indonesian Moslem Association in Nottinghamshire-Leicestershire, UK.

Dikatakannya penyelenggaraan IAW yang antara lain menampilkan pameran tentang Islam dan ceramah serta konferensi itu dan kegiatan serupa akan semakin menegaskan fakta sosial akan keragaman iman (faith) dan budaya. Tidak bisa dinafikan bahwa Islam telah menjadi bagian penting di Inggris abad 21 ini, ujarnya .

Menurut Hakimul Ikhwan, 15 tahun yang lalu jarang sekali menemukan mahasiswa berjilbab di kampus. Tetapi sekarang sangat mudah ditemukan. Bahkan, beberapa kantin di kampus menyediakan makanan (daging) halal. Dalam konteks inilah, membangun kesepahaman, dialog, dan respek dalam keragaman sangat penting.

Dengan lain kalimat, IAW menjadi momentum untuk memperkuat multikulturalisme dari semula "pasif" hanya sebatas kesadaran akan perbedaan menjadi dialog dan share nilai-nilai bersama (common values), demikian suami Lia Yuliawati dan ayah dari gadis cilik Neja. (ZG/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011