Medan (ANTARA News) - Ratusan massa Hizbut Tahrir Sumatera Utara berunjuk rasa di Bundaran Majestik Medan, Jumat sore, untuk memberikan dukungan terhadap umat Islam di Mesir yang menuntut mundur Presiden Hosni Mubarak.

Ratusan massa Hizbut Tahrir itu berjalan kaki dari Lapangan Merdeka menuju Bundaran Majestik di Jalan Gatot Subroto Medan.

Salah satu aktivis Hizbut Tahrir Sumut Ustadz Marwan dalam orasinya mengatakan, perjuangan rakyat Mesir yang menuntut mundurnya Presiden Hosni Mubarak merupakan jihad dalam membela kebenaran.

Karena itu, rakyat Mesir layak disebut mujahid dan perjuangan yang ditempuh saat in tidak akan sia-sia meski harus mengorbankan nyawa.

Dalam penilaian Hizbut Tahrir, Presiden Hosni Mubarak tidak lebih dari "kaki tangan" Amerika Serikat (AS) untuk melindungi kepentingan Yahudi di Timur Tengah.

Bahkan, berbagai kebijakan yang dilakukan Presiden Hosni Mubarak seperti pembubaran kabinet adalah masukan dari Presiden AS Barack Obama.

Demikian juga dengan kebijakan menjadikan Direktur Intelijen Mesir Omar Sulaiman sebagai wakil presiden padahal jabatan itu sudah lama tidak dipergunakan lagi dalam kepemimpinannya.

Bahkan, kebijakan menjadikan pemimpin militer Mesir Letnan Jenderal Ahmad Syafiq sebagai perdana menteri juga diperkirakan berdasarkan masukan AS.

Presiden Hosni Mubarak mengira ketaatannya kepada AS akan mampu menyelamatkan kekuasaannya yang berlangsung 30 puluh tahun lebih.

"Padahal, AS akan `menjualnya` dengan harga murah jika masalahnya sangat intensif," katanya.

Ustadz Marwan menambahkan, niat rakyat Mesir untuk mengubah sistem pemerintahan di Mesir sangat tepat karena kemunduran negara itu disebabkan bobroknya sistem yang diterapkan di negeri piramid tersebut.

Sambil diiringi takbir, ia juga menyebutkan upaya yang dilakukan rakyat Mesir itu sebagai perjuangan menumpas kemungkaran.

Setelah penyampaian orasi itu, ratusan massa Hizbut Tahrir tersebut melakukan "long march" lagi ke Lapangan Merdeka Medan untuk membubarkan diri. (ANT/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011