Samarra, Irak (ANTARA News) - Jumlah kematian akibat serangan bom bunuh diri yang ditujukan pada peziarah Syiah di dekat Samarra naik menjadi 48, dan 80 orang terluka, kata polisi dan pejabat Irak, Minggu.

Penyerang meledakkan rompi bomnya Sabtu di sebuah terminal bis di gerbang masuk Samarra, dimana peziarah Syiah berkumpul pekan lalu untuk memperingati kematian salah satu dari 12 imam keramat mereka, demikian Reuters melaporkan.

Pelaku berhasil menyusup ke dalam kerumunan peziarah di sebuah pos pemeriksaan dimana pihak berwenang menggunakan anjing pelacak bom untuk memeriksa kendaraan sebelum mereka memasuki kota itu.

"Dari kekejaman yang saya lihat, Al-Qaeda lah yang melakukan serangan teroris ini. Al-Qaeda menekankan akan terus mengacaukan stabilitas dan perdamaian di Samarra," kata Majeed Abbas, seorang pemimpn lokal milisi Sunni Sahwa yang didukung pemerintah.

Serangan terhadap peziarah Syiah bulan lalu di dekat kota suci Kerbala menewaskan puluhan orang. Rabu, sedikitnya tujuh orang tewas dan 78 cedera dalam ledakan-ledakan bom mobil di kota Kirkuk, Irak utara.

Samarra, 100 kilometer sebelah utara Baghdad, adalah kota dimana tempat suci dan masjid Al-Askari berlokasi. Peziarah Syiah berkumpul di lokasi itu untuk memperingati kematian Hasan al-Askari, ulama ke-11 dari 12 imam Syiah.

Sejumlah pejabat setempat mengatakan, sebagian besar dari mereka yang tewas dan cedera dalam ledakan Sabtu dibawa ke Baghdad pada tengah malam, dan puluhan kendaraan polisi serta militer mengawal konvoi ambulan dari Samarra ke ibukota Irak tersebut.

Serangan itu merupakan yang terakhir dari rangkaian kekerasan yang meningkat lagi di Irak dan terjadi beberapa bulan setelah penarikan pasukan AS.

Ratusan orang tewas dalam gelombang kekerasan terakhir di Irak, termasuk sejumlah besar polisi Irak, namun AS tetap melanjutkan penarikan pasukan dari negara itu.

Meski kekerasan tidak seperti pada 2006-2007 ketika konflik sektarian berkobar mengiringi kekerasan anti-AS, sekitar 300 orang tewas setiap bulan pada 2010, dan Juli merupakan tahun paling mematikan sejak Mei 2008.

Militer AS menyelesaikan penarikan pasukan secara besar-besaran pada akhir Agustus, yang diumumkannya sebagai akhir dari misi tempur di Irak, dan setelah penarikan itu jumlah prajurit AS di Irak menjadi sekitar 50.000.

Penarikan brigade tempur terakhir AS dipuji sebagai momen simbolis bagi keberadaan kontroversial AS di Irak, lebih dari tujuh tahun setelah invasi untuk mendongkel Saddam.

Namun, pasukan AS terus melakukan operasi gabungan dengan pasukan Irak dan gerilyawan Kurdi Peshmerga di provinsi-provinsi Diyala, Nineveh dan Kirkuk dengan pengaturan keamanan bersama di luar misi reguler militer AS di Irak.

Para pejabat AS dan Irak telah memperingatkan bahaya peningkatan serangan ketika negosiasi mengenai pembentukan pemerintah baru Irak tersendat-sendat, beberapa bulan setelah pemilihan umum parlemen di negara itu.

Jumlah warga sipil yang tewas dalam pemboman dan kekerasan lain pada Juli naik menjadi 396 dari 204 pada bulan sebelumnya, menurut data pemerintah Irak.

Sebanyak 284 orang -- 204 warga sipil, 50 polisi dan 30 prajurit -- tewas pada Juni, kata kementerian-kementerian kesehatan, pertahanan dan dalam negeri di Baghdad kepada AFP.

Menurut data pemerintah, 337 orang tewas dalam kekerasan pada Mei.

Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni 2009 telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaeda.

Gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaeda kini tampaknya menantang prajurit dan polisi Irak ketika AS mengurangi jumlah pasukan menjadi 50.000 prajurit pada 1 September 2010, dari sekitar 170.000 pada puncaknya tiga tahun lalu. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011