AsiaNet 43279

Kontribusi Sawit Indonesia dalam pertumbuhan ekonomi dan ketahanan pangan di Indonesia dan dunia

     WASHINGTON, 15 Februari 2011 (ANTARA/PRNewswire-AsiaNet)  -- Berbagai upaya LSM dan lembaga internasional untuk membatasi konversi lahan berisiko melemahkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia serta ketahanan pangan dunia, begitu menurut laporan baru
(http://www.worldgrowth.org/assets/files/WG_Indonesian_Palm_Oil_Benefits_Bahasa_Report-2_11.pdf) yang diterbitkan hari ini oleh LSM pro-pembangunan, World Growth (http://worldgrowth.org/). Laporan itu menilai industri sawit, membahas manfaat dan tantangan yang dihadapi industri tersebut, dan mengkaji peranan industri itu dalam pertumbuhan ekonomi dan pembangunan Indonesia.

     (Logo: http://photos.prnewswire.com/prnh/20081204/DC49733LOGO )

     Ketua World Growth, dan mantan Duta Besar serta Ketua GATT (pendahulu World Trade Organization), Alan Oxley menyampaikan pernyataan berikut:
 
     "Ada upaya berkelanjutan untuk membatasi kemampuan negara berkembang dalam memperluas pertanian. Hal itu didorong oleh keyakinan keliru bahwa penghentian produksi minyak sawit dan komoditas lain dapat meningkatkan keberlanjutan. Mereka mengimbau agar dilakukan tindakan yang membatasi serta mengendalikan perdagangan dan produksi bahan pangan yang vital. Imbauan tersebut dikeluarkan oleh sejumlah LSM, beberapa negara Barat, badan internasional, dan bahkan perusahaan multinasional. Hal itu hanya akan menghambat produksi pangan dan melemahkan strategi untuk menurunkan angka kemiskinan.

     "Mari kita tinjau kasus Indonesia. Industri sawit secara langsung dan tidak langsung menghidupi hampir 20 juta rakyat Indonesia dan menghasilkan ekspor bernilai lebih dari $US6,5 miliar.  Ke depan, akan semakin banyak orang di Indonesia dan di seluruh dunia yang memetik manfaat dari pembangunan perkebunan kelapa sawit. Mengingat populasi dunia yang diperkirakan mencapai 9 miliar sebelum 2050, dan minyak sawit merupakan bahan pokok, industri sawit Indonesia tidak boleh dibatasi, bahkan harus dianjurkan untuk diperluas."

     "Meskipun demikian, sejumlah LSM terus saja menjelek-jelekkan industri ini, dengan menyebarkan informasi menyesatkan tentang dampak lingkungan dan berbagai upaya untuk menghambat pembangunan. Perlawanan ideologis mereka terhadap pertumbuhan ekonomi sungguh berbahaya bagi rakyat miskin yang lapar.

     "Bahkan Bank Dunia, yang mengakui bahwa pembangunan pertanian tiga kali lebih efektif untuk mencapai pertumbuhan ekonomi daripada sektor lain, sedang mempertimbangkan kebijakan untuk membatasi bantuan keuangan bagi perluasan perkebunan sawit, yang secara langsung bertentangan dengan tugasnya memberantas kemiskinan.

     "Perluasan industri sawit akan meningkatkan pertumbuhan dan menurunkan angka kemiskinan di Indonesia serta meningkatkan ketahanan pangan dunia."

     Untuk berbicara dengan pakar World Growth atau mengetahui lebih jauh tentang kegiatannya, kirim surel ke media@worldgrowth.org atau hubungi +1-866-467-7200.

     World Growth adalah LSM nirlaba yang didirikan untuk meluaskan penelitian, informasi, advokasi, dan sumber daya lain guna memperbaiki kondisi ekonomi dan standar hidup di negara berkembang dan yang sedang mengalami transisi. Di World Growth, kami menyambut era globalisasi dan kekuatan perdagangan bebas untuk memberantas kemiskinan serta menciptakan lapangan kerja dan kesempatan. World Growth mendukung produksi minyak sawit dan penggunaan hutan sebagai sarana untuk memacu pertumbuhan ekonomi, menurunkan angka kemiskinan, dan mengurangi emisi gas rumah kaca. World Growth meyakini bahwa pembudidayaan sawit dan hutan secara sehat dapat menjadi sarana ampuh penatagunaan lingkungan, yang dapat berperan sebagai katalis untuk meningkatkan pembangunan sosial dan ekonomi. Untuk informasi lebih lanjut tentang World Growth, kunjungi www.worldgrowth.org.


Pewarta: Adityawarman
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2011