London (ANTARA News) - KBRI Rabat menyelenggarakan sosialisasi prosedur dan langkah penanganan warga Negara Indonesia dalam rangka mengantisipasi perkembangan situtasi di Timur Tengah.

Sosialisasi dibuka Dubes RI Rabat, Tosari Widjaja, yang menyampaikan secara singkat mengenai keadaan politik yang terjadi di Timur Tengah, demikian Sekretaris III/ Pelaksana Fungsi Pensosbud Rahmat Azhari dalam keterangan pers KBRI Rabat yang diterima Antara London, Selasa.

Dubes Tosari Widjaja mengatakan perlunya sosialisasi dilaksanakan agar para warga Indonesia berhati-hati dan mengetahui langkah-langkah apa yang harus dilakukan jika situasi keamanan mulai tidak kondusif.

Dubes mengatakan kegiatan tersebut dilatar belakangi karena meluasnya gejolak politik dan keamanan yang terjadi di kawasan Timur Tengah dan Maghribi dimulai di Tunis, Mesir, Yaman yang kemungkinan dapat merebak ke negara lain termasuk Maroko. Sosialisasi tersebut merupakan langkah antisipastif dalam melindungi warga Indonesia, ujarnya.

KBRI terus memonitor perkembangan situasi politik dan keamanan Timur Tengah dan pengaruhnya terhadap kemungkinan keadaan yang tidak kondusif bagi Maroko, serta mengimbau kepada WNI untuk terus mewaspadainya.

Namun demikian KBRI mencatat keberhasilan pembangunan, khususnya kesejahteraan rakyat yang dilakukan oleh pemerintah Maroko dalam lima tahun terakhir dapat menekan kemungkinan riak kelompok masyarakat anti pemerintah.

Kegiatan dilaksanakan di ruang serbaguna KBRI dihadiri oleh seluruh staf KBRI dan masyarakat Indonesia lainnya di Maroko yang sebagian besar adalah para mahasiswa.

Materi sosialisasi disampaikan PF. Pensosbud/Konsuler dan Staf KBRI yang dalam paparannya menyampaikan secara garis besar mengenai perkembangan yang terjadi di kawasan Timur Tengah dan implikasinya terhadap Maroko.

Sedangkan mengenai langkah-langkah yang perlu diperhatikan warga Indonesia antara lain adalah menjauhi aktivitas kerumunan demonstrasi, tidak keluar dari rumah pada malam hari.

Selain itu meminta perlindungan kepada aparat keamanan, selalu membawa identitas diri dan melakukan koordinasi dengan KBRI.

Juga disampaikan apabila keadaan mulai membahayakan dan memanas, KBRI siap mendirikan posko siaga dan melakukan penjemputan serta penampungan warga Indonesia yang berada di luar kota dan tempat-tempat yang dianggap rawan.

Menurut data terakhir jumlah warga Indonesia di Maroko tercatat sebanyak 207 orang yang terdiri dari staf KBRI, pekerja dan sebagian besar adalah mahasiswa.(*)

(T.ZG/H-AK)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011