Jayapura (ANTARA News) - Keanekaragaman hayati dengan endemis kelokalan Papua yang begitu tinggi, membuat banyak satwa di provinsi paling timur Indonesia ini diburu oleh para kolektor maupun pihak lain yang ingin memperdagangkannya demi keuntungan pribadi.

Kepala Balai Besar Sumber Daya Alam Provinsi Papua, Drs. Ignn Suteja. MM, kepada ANTARA Jayapura, Kamis mengatakan, keanekaragaman hayati endemik Papua memang paling banyak dan paling sering diburu para kolektor.

"Karena satwa-satwa tersebut hanya ada di Papua, makanya orang dari luar Papua sangat ingin memilikinya, bahkan terkadang dengan cara yang ilegal," katanya.

Menurut dia, banyaknya modus yang dipakai oleh para sindikat penyelundupan satwa langka asal Papua ke luar daerah itu, serta minimnya tenaga Polisi Kehutanan yang dimilikinya, menjadi salah satu kendala sering berhasilnya penyelundupan satwa langka ke luar Papua.

Untuk itu, katanya, pihaknya telah bekerjasama dengan semua pihak terkait didalam dan luar Papua untuk ikut memantau peredaran satwa langka itu.

"Kita akui terkadang satwa langka asal Papua dijual di pasaran pulau Jawa dan luar negeri, sehingga pihak terkait di daerah itu yang menangkapnya. Ini memang indikasi kegagalan kita memantaunya, tetapi juga bentuk kerjasama yang baik dengan rekan-rekan di luar Papua," kata Ignn Suteja.

Pria asal pulau dewata ini menambahkan, modus yang paling sering dipakai oleh sindikat penyelundupan satwa langka ke luar Papua adalah melalui transportasi laut, menggunakan kapal nelayan hingga kapal penumpang.

"Alasannya karena dengan menggunakan kapal laut, mereka dapat lebih banyak memuat satwa dan sulit dideteksi oleh aparat. Apalagi terkadang ditaruh dalam kontainer barang. Kami memang mensinyalir adanya keterlibatan aparat hukum dalam sindikat itu," ujarnya.

Sementara titik-titik lokasi yang sering menjadi lokasi awal penyelundupan satwa langka keluar Papua yakni di Asmat, Merauke, Mappu dan Jayapura.

"Yang jelas kami selalu meningkatkan pengawasan terhadap kapal-kapal nelayan maupun penumpang yang masuk keluar Papua," ujarnya.

Sedangkan untuk kemungkinan penyelundupan lewat jalur udara yakni melalui pesawat terbang, Ignn Suteja mengaku pihaknya telah bekerja sama dengan beberapa maskapai penerbangan untuk mencegahnya.

"Makanya jalur udara sangat jarang digunakan oleh penyelundup satwa langka ke luar Papua, di samping jumlah satwa yang relatif sedikit terakomodir jika lewat jalur udara," katanya.

Dalam kesempatan tersebut, Ignn Suteja juga mengimbau semua pihak terutama masyarakat ang bermukim di sekitar areal hutan, untuk ikut menjaga stabilitas wilayahnya, dengan tidak melakukan perburuan dan menangkap hewan langka, serta penebangan secara liar.

"Kita harapkan kerjasamanya untuk tidak melakukan hal-hal yang dilarang menurut aturan hukum di Negara ini, supaya kelestarian satwa dan alam Papua benar-benar terjaga," katanya. (MBK/KWR/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011