Jambi (ANTARA News) - Menteri Kesehatan (Menkes) Endang Rahayu Sedyaningsih membantah pihaknya berusaha melindungi produsen susu formula dengan tidak mengumumkan merk-merk susu yang diduga mengandung bakteri "enterobacter sakazakii".

"Siapa yang melindungi, kita dan BPOM memang tidak punya data merek produsen susu formula. Sebab yang melakukan penelitian itu kan IPB (Institut Pertanian Bogor)," kata Menkes, seusai meninjau Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattater Jambi, Jumat.

Dia juga menegaskan bahwa pihaknya bukan berpura-pura tidak tahu merek susu formula yang mengandung "enterobacter sakazakii" itu. Sebab, selama penelitian April hingga Juni 2006 yang dilakukan IPB itu tidak ada laporan yang diterimanya. IPB yang melakukan penelitian, dan lalu ia mempublikasikan hasil penelitian, bukan merek susu formula, ujar Menkes.

Menkes mengaku tidak memiliki kewenangan untuk mengintruksikan IPB membeberkan merek susu formula itu. "Penelitinya kan IPB, jadi seharusya rektor yang mengintruksikan penelitinya untuk mempublikasikannya,"jelasnya.

Menurut Menkes, masyarakat harus bisa membedakan mana yang susu formula dan susu bubuk. Kata dia, pemerintah tidak pernah menganjurkan bayi umur 0 hingga 12 bulan mengkonsumsi susu formula. Sebab susu formula merek apa pun tidak bagus untuk bayi baru lahir sampai setahun.

Dia mengimbau kepada para Ibu untuk lebih banyak memberikan ASI kepada bayinya sejak lahir. Kata dia, penelitian yang dilakukan selama 14 tahun terhadap ASI diketahui ASI memberikan manfaat sangat besar untuk anak, yakni mengurangi autism, meningkatkan kecerdasan anak, dan kekebalan.

Namun begitu, Menkes menjamin keamanan dan kesehatan susu formula yang beredar. Ia mengingatkan bahwa pemanfaatan susu formula ini harus mengikuti aturan yang ada.

Menurut dia, ada beberapa cara sebelum memberikan susu formula. Pertama susu tersebut jangan kadaluarsa, kedua harus memperhatikan kemasannya jangan sampai segelnya atau kalengnya rusak. Ketiga susu harus dibuat dengan air panas 100 derajat celcius.

Keempat jangan membuat susu terlalu banyak, dan jika sudah tidak diminum dalam waktu dua jam tidak layak dikonsumsi lagi. Terakhir adalah, susu yang sudah dibuat jangan disimpan untuk dikonsumsi kembali. "Tetapi ASI Ibu tetap yang terbaik bagi bayi,"ungkapnya.

Menurut situs Fakultas Pertanian IPB, "Enterobacter sakazakii" merupakan salah satu patogen gram negatif yang sangat mematikan pada bayi baru lahir, usia 0-6 bulan. Sementara bakteri Sakazakii merupakan ancaman bagi bayi berusia 6-12 bulan.

Angka kematian akibat infeksi E. Sakazakii pada bayi baru lahir sangat tinggi sekitar 40-80 persen terutama pada bayi prematur dan bayi dengan imunitas lebih rendah daripada bayi pada umumnya. Bakteri ini berada di saluran pencernaan dan ditemukan dalam berbagai produk seperti susu formula, keju, daging, biji-bijian hingga bumbu-bumbuan.

Bakteri E. sakazakii berkembang optimal pada kisaran suhu 30-40 derajat Celcius. Kontaminasi E. Sakazakii pada susu formula diperkirakan terjadi pada saat proses produksi. Bila satu sel bakteri mengkontaminasi, dalam lima hari produk susu tersebut telah mengandung endotoxin yang sangat berbahaya bagi kesehatan bayi. Hal ini, menurut situs tersebut, dibuktikan dari penelitian di seluruh dunia, bukan hanya di IPB.

(KR-YJ/S026)



Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011