Tripoli (ANTARA News) - Moamer Kadhafi masih di Libya sebagaimana semua pejabat pemerintah, kata Wakil Menteri Luar Negeri Khaled Kayem di televisi, di tengah laporan pemimpin Libya itu sedang dalam perjalanannya ke Venezuela.

"Pemimpin itu masih di Libya, seperti halnya semua pejabat pemerintah," kata Kayem, seperti dikutip AFP.

Menteri Luar Negeri Inggris William Hague mengatakan di Brussels sebelumnya, Senin, bahwa "informasi memberi kesan (Kadhafi) sedang dalam perjalanannya" ke Venezuela.

Venezuela telah mengeluarkan bantahan, dengan sumber pemerintah di Caracas mengatakan belum ada kontak dengan Kadhafi atau pemerintahannya.

"Saya tidak memiliki gagasan dari mana mereka mendapatkan informasi ini. Itu tidak benar," kata seorang pejabat Venezuela yang minta untuk tidak disebutkan namanya.

Presiden Venzuela Hugo Chavez telah membina hubungan yang kuat dengan Kadhafi dalam beberapa tahun terakhir, paling belakangan mengunjungi Libya pada Oktober tahun lalu.

Kantor berita resmi JANA mengutip Chavez yang pada waktu itu seperti dikutip mengatakan keduanya "telah berbicara selama beberapa jam".

Kedua negara juga telah menandatangani serangkaian perjanjian di beberapa bidang termasuk energi dan angkutan.

Pada 2009 Chavez berkunjung ke Libya untuk menghadiri upacara guna menandai 40 tahun sejak Kadhafi berkuasa pada 1 September 1969. Pemimpin Libya itu memberi Chavez penghargaan "Kadhafi Human Rights Prize" pada 2005.

Sebuah stadion sepakbola di Libya juga dinamai dengan Chavez pada Maret 2009.

Kadhafi sekarang terkepung ketika demonstran sudah mendekati pusat kota Tripoli. Menurut laporan Federasi Internasional untuk Hak Asasi Manusia (IFHR) yang bermarkas di Paris, demonstran telah menguasai kota Benghazi, Sirte, Tobruk di bagian timur negara itu, dan juga Misrata, Khoms, Tarhounah, Zenten, Al-Zawiya dan Zouara dekat ibukota.

Sejumlah tentara, diplomat dan juga pejabat pemerintah yang lain dilaporkan telah membelot, minta Kadhafi yang telah berkuasa selama 41 tahun untuk turun. Korban tewas dalam kekacauan itu dikabarkan mencapai hampir 400 orang. (S008/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011