Tripoli (ANTARA News) - Televisi Libya Selasa menyanggah sebagai "bohong" tuduhan bahwa pasukan keamanan membantai pemrotes, sesudah pemimpin yang diperangi Moamer Kadhafi berbicara di depan umum untuk pertama kalinya sejak pemberontakan mulai.

Siaran tersebut muncul ketika kemarahan internasional berkobar terkait tindakan brutal pasukan keamanan Libya, selanjutnya Dewan Keamanan PBB akan bertemu Selasa atas desakan para diplomat Libya yang telah berhenti sebagai protes terhadap rejim Kadhafi, demikian AFP melaporkan.

"Mereka mengatakan ada pembantaian di sejumlah kota besar, kecil dan lingkungan-lingkungan  Libya. Kami harus melawan rumor dan kebohongan ini yang merupakan bagian dari perang urat syaraf," tulis Al-Jamahiriya Dua televisi negara dengan ketikan merah.

Informasi ini "ditujukan untuk menghancurkan moril anda, stabilitas anda dan kekayaan anda," tambahnya.

Para saksi mata di ibukota Libya Tripoli telah melaporkan "pembantaian" di lingkungan-lingkungan tertentu sesudah saluran negara itu mengumumkan pasukan keamanan menyerang "sarang-sarang teroris."

Kadhafi, 68, muncul di televisi Libya Senin malam untuk membasmi "rumor berbahaya" bahwa dia telah meninggalkan negara Afrika Utara yang kaya minyak itu dalam menghadapi protes yang menyala seminggu yang lalu di timur negara itu.

"Saya ingin menemui kaum muda di Lapangan Hijau" di pusat kota Tripoli, kata Kadhafi dalam apa yang televisi negara itu sebut siaran langsung dari luar rumah orang kuat itu.

"Hal itu hanya untuk membuktikan bahwa saya ada di Tripoli dan tidak di Venezuela dan untuk menyangkal laporan-laporan televisi, anjing-anjing itu," katanya ketika dia berdiri di bawah sebuah payung abu-abu ketika hendak memasuki sebuah mobil. Hujan mengguyur Tripoli Senin malam.

Meskipun menampakkan singkat selama 22 detik, cengkeraman Khadafi atas Libya nampaknya semakin goyah ketika orang-orang yang setia berhenti dan pilot-pilot pesawat tempur membelot sesudah diperintahkan supaya menembak para demonstran.

Pemberontakan telah meluas ke ibukota, dengan rentetan tembakan menggeretak Tripoli, dimana para pemrotes menyerang pos-pos polisi dan kantor-kantor penyiaran negara tersebut -- corong Kadhafi -- dan membakar gedung-gedung pemerintah.

Kelompok-kelompok hak asasi mengatakan tindakan keras pemerintah Libya telah menewaskan 200 hingga 400 orang. Penduduk dua distrik di Tripoli mengatakan melalui telepon telah terjadi "pembantaian," orang-orang bersenjata "menembak secara membabi-buta" di distrik Tajura.

Lainnya di Fashlum mengatakan helikopter telah mendaratkan apa yang dia sebut tentara bayaran Afrika yang menembak siapa saja di jalanan, membunuh banyak orang.

"Pasti inilah akhir dari rejim itu. Ini tidak pernah terjadi di Libya sebelumnya. Kami berdoa supaya hal itu cepat berakhir," seorang penduduk Tripoli timur mengatakan kepada AFP di Kairo melalui telepon.

Ekspatriat Amerika Latin yang tinggal di kota satelit kelas atas Tripoli Gargaresh melaporkan melihat sejumlah ban terbakar dan truk serta mobil dibakar saat jalan keluar sebentar Senin.

"Kami melewati barikade yang dikendalikan oleh orang-orang bersenjata senapan Kalashnikov," katanya, menambahkan: "Saya sangat ketakutan, mereka telah menangkap sepasang orang Afrika."

Para ekspatriat yang ketakutan jongkok bersama keluarga mereka menunggu evakuasi dari Libya, dan mengatakan gambar-gambar Kadhafi telah disobek-sobek di Gargaresh, "yang sebelumnya penuh dengan para pendukungnya."

Lebih dari 1000 pekerja konstruksi China di Libya dipaksa melarikan diri setelah para perampok bersenjata menyerbu kamp mereka, mencuri komputer dan koper, kata majikan mereka dan media negara di Beijing.

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengatakan dirinya telah berbicara secara pribadi dengan Kadhafi melalui telepon selama 40 menit dan "dengan keras mendesak dia supaya menghentikan kekerasan terhadap para demonstran," kata seorang juru bicara.

Para diplomat Libya dari Perserikatan Bangsa Bangsa hingga Australia telah mundur baik karena marah -- termasuk duta besar Tripoli untuk India, Ali al-Essawi, seorang mantan menteri perdagangn -- atau memrotes secara terbuka.

"Pengunduran diri saya adalah akibat kekerasan masif terhadap rakyat sipil di negara saya," kata al-Essawi kepada AFP melalui telepon.

"Kemarin mereka mulai menggunakan pesawat untuk membom rakyat sipil yang berdemonstrasi secara damai. Hal ini tidak bisa diterima."

Dua pilot pesawat tempur Libya -- keduanya kolonel -- menerbangkan jet Mirage F1 mereka ke Malta dan mengatakan mereka membelot setelah diperintahkan untuk menyerang para pemrotes di Benghazi, sumber-sumber militer Malta mengatakan kepada AFP.

Menteri kehakiman Libya, Mustapha Abdeljalil, juga dilaporkan telah mengundurkan diri sebagai penolakan atas "penggunaan kekuatan berlebihan."

Benghazi, kota kedua Libya dan kubu oposisi di timur, jatuh ke tangan demonstran anti-rejim setelah unit-unit militer membelot, kata International Federation for Human Rights (IFHR) yang berbasis di Paris.

IFHR mengatakan para pemrotes juga menguasai Sirte, Tobruk di timur, serta Misrata, Khoms, Tarhounah, Zenten, Al-Zawiya dan Zouara, dekat dengan ibukota.

Televisi negara Libya mengatakan Senin malam pasukan keamanan sedang memerangi "sarang-sarang teroris" dalam pembabatan yang telah menewaskan sejumlah orang, tanpa merinci di mana dan siapa yang disasar.

TV tersebut juga melaporkan putra Kadhafi, Seif al-Islam, yang mengatakan militer telah melancarkan serangan terhadap depot persenjataan di luar kota. Namun televisi tersebut mengatakan dia menyanggah "laporan-laporan bahwa angkatan bersenjata telah membombardir kota Tripoli dan Benghazi," sesudah Al-Jazeera melaporkan serangan udara di ibukota tersebut. (ANT/K004)

Pewarta: Kunto Wibisono
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011