Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah mendorong Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di sektor perkebunan untuk lebih mengembangkan industri hilir sebagai antisipasi menghadapi dampak perubahan iklim.

Deputi Bidang Usaha Industri Primer Kementerian BUMN, Megananda Daryono di Jakarta, Rabu mengatakan pada tahun lalu perubahan iklim menyebabkan menurunnya produksi perkebunan.

"Untuk itu diharapkan pada tahun 2011 penurunan produksi tersebut dapat diatasi," katanya pada Seminar Dampak dan Adaptasi Perubahan Iklim pada Usaha Perkebunan.

Dengan kejadian tersebut, tambahnya, pemerintah sudah melakukan langkah-langkah terhadap perusahaan BUMN yang bergerak di bidang perkebunan (PT. Perkebunan Nusantara/PTPN) untuk menghadapai perubahan iklim dengan pengembangan industri hilir.

Dia mencontohkan PTPN III, PTPN VII, PTPN VIII, PTPN IX dan PTPN XII telah mengembangkan industri benang karet, sarung tangan maupun ban serta produk-produk turunan kelapa sawit.

Menurut dia, BUMN tersebut juga akan bekerjasama dengan swasta dalam membangun industri dan pengembangan perkebunan tersebut.

"Seperti pada sawit, kita akan perluas lahan perkebunan dan sudah disiapkan di Kalimantan Barat sekitar 10.000 hektare, sementara di Jawa Barat akan dibangun industri karet," katanya.

Sementara itu Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian Gamal Nasir dalam sambutannya menyatakan, anomali iklim yang semakin sulit diprediksi mengakibatkan pergeseran musim sehingga dapat berdampak terhadap kacaunya sistem produksi.

"Pada gilirannya berdampak pada menurunnya produksi pada tanaman perkebunan baik pada tanaman tahunan maupun tanaman perkebunan semusim," katanya.

Selain itu, akibat perubahan iklim yang perlu diwaspadai adalah kemungkinan terjadinya peningkatan serangan hama penyakit tanaman yang berpotensi memicu terjadinya eksplosi atau out-break.

Di sisi lain, lanjutnya, permintaan pasar domestik dan luar negeri terhadap produk perkebunan diproyeksikan semakin meningkat seperti gula dan minyak goreng akibat bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri makanan.

Kebutuhan gula dalam negeri pada tahun 2014 diperkirakan akan mencapai 5,7 juta ton, sementara kebutuhan CPO dunia semakin meningkat. Ekspor CPO dan produk turunannya ke China terus mengalami peningkatan hingga mencapai 216.000 ton dan ke India 2,5 juta ton.

Diperkirakan permintaan China akan CPO Indonesia akan terus meningkat hingga mencapai 6 juta ton guna memenuhi bahan baku industri makanan dan bio diesel. Demikian juga dengan kakao, kebutuhan dunia terhadap kakao diproyeksikan mencapai 300.000 ton.

Mengenai upaya antisipasi iklim yang dilakukan Ditjen Perkebunan pada 2011, dia menyatakan, antara lain penataan varietas dan penyediaan benih bermutu, mengembangkan varietas yang tahan terhadap perubahan iklim.

Bekerjasama dengan Ditjen Prasaranan dan Sarana Pertanian serta Kementerian Pekerjaan Umum dalam pembangunan saluran drainase dan irigasi serta perbaikan jalan produksi dan jalan usaha tani sehingga proses paska panen tidak terganggu akibat iklim.

Selain itu pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman perkebunan melalui SLPHT petani perkebunan serta pencegahan kebakaran, adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim.(*)

(T.S025/B012)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011