Saya malu, Dipo Alam itu dulu seorang aktivis, saya ikut membela dia bersama, Hariman dan Rendra"
Jakarta (ANTARA News) - Pengacara senior Adnan Buyung Nasution mengaku sangat malu dan kecewa sekali atas pernyataan Sekretaris Kabinet Dipo Alam yang mengancam memboikot media yang menyerang pemerintah.

"Saya malu sedih dan kecewa berat atas pernyataan Dipo Alam tersebut," kata pengacara senior Adnan Buyung Nasution usai memberikan pandangan atas RUU Keistimewaan DIY di Komisi II DPR Senayan, Jakarta, Kamis.

Menurut Buyung, ia sangat malu karena Dipo sebelumnya seorang aktivis yang bisa berubah total menjadi otoriter. Buyung menambahkan, seharusnya seorang aktivis tidak melakukan hal seperti itu.

"Saya malu, Dipo Alam itu dulu seorang aktivis, saya ikut membela dia bersama, Hariman dan Rendra. Sebagai aktivis seharusnya dalam jiwanya terbentuk segala sikap anti otoriter. Lha kok sekarang dia dengan jabatannya menjadi sewenang-wenang," katanya.

Buyung heran perubahan sikap Dipo setelah masuk lingkaran kekuasaan. Buyung justru mengkhawatir apa yang terjadi di sekitar lingkaran presiden SBY.

"Saya khawatir kenapa di sekitar Presiden SBY semuanya tak mau sampaikan hal yang benar dan kritis, tapi menyenangkan saja," kata Buyung.

Buyung mengaku tidak mengetahui mengapa hal itu terjadi, namun Buyung menduga itu terjadi karena Presiden Yudhoyono tidak memberikan ruang menyampaikan pendapat dan sangat monopolitis.

"Kenapa tak ada keberanian orang di sekitar Presiden SBY menyampaikan hal sebenarnya, yang kritis. Tapi mungkin SBY sendiri yg tak senang ada suara yang menentang, dia senang mendengar yang baik-baik saja," kata Buyung.

Buyung menilai banyak anomali pada pernyataan dan keinginan Presiden, contohnya Yudhoyono mencitrakan dirinya santun saat bersikap maupun bertutur, namun dia malah membiarkan anak buahnya bertingkah dan berkata kotor.

"Kenapa SBY tidak tegur anak buahnya yang kasar. Seperti Dipo Alam ini, kalau itu didiamkan saya setuju kalau ada yang menduga ada pembiaran," kata Buyung.(*)

J004/R018

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011