jika SBY mendepak Golkar dari koalisi dampaknya besar bagi pemerintah
Semarang (ANTARA News) - Posisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) paling terancam akan terdepak dari koalisi, kata analis politik Universitas Diponegoro Semarang, Susilo Utomo.

"Sebenarnya ada dua partai yang posisinya terancam terdepak dari koalisi, yakni Partai Golkar dan PKS. Namun, yang paling terancam sebenarnya PKS," katanya di Semarang, Sabtu.

Melihat peta perpolitikan yang berkembang, ia meyakini Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan segera melakukan "reshuffle" kabinet, sekaligus untuk mengevaluasi jalannya koalisi.

Menurut dia, sikap Partai Golkar dan PKS yang selama ini kerap berseberangan pendapat dengan pemerintah menjadi ancaman terdepak dari kabinet jika nantinya SBY melakukan "reshuflle".

"Sepertinya, Partai Gerindra akan ditarik masuk dalam koalisi, tentunya ini berimplikasi akan mengurangi jatah partai lain dalam kabinet dengan masuknya Gerindra," katanya.

Ia menilai manuver politik Partai Demokrat akhir-akhir ini juga menunjukkan sinyal bahwa ada partai anggota koalisi yang akan "dipretheli" dalam kabinet, terutama PKS.

"Memang Golkar juga berpeluang terdepak, namun jika SBY mendepak Golkar dari koalisi dampaknya besar bagi pemerintah. Pemerintah sepertinya tak mau berspekulasi dan menempuh risiko," katanya.

Apabila pemerintah mendepak Golkar, kata dia, sebenarnya akan tercipta keseimbangan baru dalam pemerintahan, sebab kekuatan oposisi akan semakin kuat, ditambah PDI Perjuangan.

Namun, Susilo menilai Golkar pasti akan berpikir ulang untuk lepas dari koalisi, karena hubungan Aburizal Bakrie dan SBY yang selama ini berjalan baik akan terputus jika Golkar beroposisi.

Ia mengatakan pemerintah sepertinya tengah memikirkan untuk mengajak PDI Perjuangan dalam koalisi, salah satunya ditunjukkan dengan pertemuan Hatta Rajasa dengan Taufik Kiemas.

"Pertemuan ini sebenarnya menjadi sinyal bahwa PDI Perjuangan tetap memilih oposisi, karena yang menemui bukan Megawati Soekarnoputri. Hanya Taufik Kiemas dan Puan Maharani," katanya.
(*)

 

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011