Taipei (ANTARA News) - Taiwan merencanakan untuk memangkas jumlah tentaranya sebanyak 9.200 personil tahun ini, seiring menghangatnya hubungan dengan China, kata seorang pejabat, Senin.

Namun pemangkasan jumlah personil tersebut juga diimbangi dengan penggantian persenjataan canggih dan terbaru, demikian AFP melaporkan.

Pengurangan jumlah personil tersebut merupakan bagian dari rencana lima tahun yang bertujuan memangkas postur angkatan bersenjata Taiwan hingga 60.000 orang, atau lebih dari 20 persen dari jumlah saat ini sebanyak 275.000 tentara.

Namun kementerian pertahanan pulau tersebut mengatakan bahwa kemampuan pertahanan mereka tidak akan menurun karena digantikan dengan sejumlah persenjataan yang canggih dan lebih baik mutunya.

"Jaman menumpuk tentara dalam jumlah besar telah lewat. Kapabilitas pertahanan tidak lagi diukur dari jumlah tentara," kata penjabat juru bicara kementerian Lo Shau-ho kepada AFP.

Jumlah tentara Taiwan yang cukup besar merupakan warisan dari ketegangan hubungan selama beberapa dekade dengan China, yang menganggap pulau tersebut sebagai wilayahnya sejak kedua pihak terpisah dalam sebuah perang sipil pada 1949.

Namun, hubungan kedua pihak telah meningkat tajam sejak Presiden Taiwan Ma Ying-jeou, dari Partai Kuomintang yang bersahabat dengan China, menjabat pada 2008 dan menjanjikan peningkatan hubungan dagang serta pariwisata lintas Selat Taiwan.

Anggaran militer China sendiri telah ditetapkan meningkat sekitar 13 persen, sehingga mencapai 601,1 miliar yuan (Rp.555,3 triliun) tahun ini, kata sejumlah pejabat pada Jumat, seraya menegaskan bahwa China berkeinginan untuk memperbarui persenjataannya untuk misi-misi pertahanan.

Walaupun ketegangan dengan China terus mereda, Ma mengatakan pulau tersebut tetap harus menjaga kemampuan pertahanan diri selagi melakukan sejumlah dialog dengan Beijing.

Pada Januari 2010, pemerintah Amerika Serikat mengumumkan sebuah paket persenjataan untuk Taiwan yang meliputi misil "Patriot", helikopter "Black Hawk", dan perlengkapan untuk skadron tempur F-16 Taiwan, namun tanpa kapal selam maupun jet tempur baru.

Beijing bereaksi keras atas penjualan senjata tersebut, dengan mengatakan mereka akan memutus hubungan militer dan keamanan dengan Amerika Serikat. Namun pemerintah Ma terus mendesak Washington agar mau menjual jet tempur F-16 versi terbaru mereka. (PPT/M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011