Perth, Australia (ANTARA News) - Wakil Presiden Boediono menegaskan, tidak benar jika ekonomi Indonesia mengalami kegagalan dan pesimistis, mengingat banyak indikator yang menunjukkan perekonomian nasional mengalami kemajuan.

"Jadi sebenarnya kalau kita pesimis mengenai perkembangan ekonomi Indonesia tidak pada tempatnya dan kalau pesimis seakan-akan ekonomi kita gagal menurut saya sama sekali tidak benar," kata Wapres Boediono, di Perth, Rabu.

Wapres menyampaikan hal itu saat melakukan dialog dengan masyarakat dan mahasiswa Indonesia yang tinggal di kota tersebut dan dihadiri oleh Menteri Pendidikan Nasional M Nuh serta Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi EE Mangindaan.

Menurut Wapres, situasi ekonomi Indonesia sesungguhnya bagus walaupun tidak bagus sekali.

Dia mencontohkan, saat krisis ekonomi melanda dunia pada 2008-2009 banyak negara yang alami krisis ekonomi tapi ekonomi Indonesia ternyata tetap bisa bertahan, di saat pertumbuhan ekonomi negara pertumbuhannya negatif.

"Yang paling kebal akibat adanya krisis saat itu hanya ada tiga negara di Asia, yakni China, India dan Indonesia," kata Wapres.

Sejumlah indikasi yang menunjukkan ekonomi nasional tumbuh baik adalah banyak sekali investor asing yang menginginkan investasi langsung (FDI) ke Indonesia.

"Jangan lupa investor tentunya kalau mau berinvestasi lihat dahulu mengenai kondisi suatu negara. Kalau ada investor asing datang ke Indonesia maka ini mengindikasikan kondisi kita baik," kata Wapres Boediono.

Investor asing, kata Boediono, tidak bisa dikelabui dengan kondisi di suatu negara karena mereka tentunya telah mempelajari situasi dan kondisi berbagai bidang suatu negara.

"FDI meningkat sangat pesat tahun 2010 dan ini adalah indikasi kepercayaan di luar negeri terhadap ekonomi Indonesia bagus," kata Wapres.

Indikator lain membaiknya ekonomi Indonesia yakni kurs rupiah yang makin menguat terhadap dolar AS hingga mencapai Rp8.700 per dolar AS.

Selain itu juga cadangan devisa nasional yang meningkat hingga melampaui angka 100 miliar dolar AS.

"Dulu waktu saya menjadi gubernur Bank Indonesia cadangan devisa maksimal 62 miliar dolar AS. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa Indonesia mampu menghadapi krisis," kata Wapres.(*)
(T.A025/Z002)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011