Srinagar (ANTARA News) - Polisi di Kashmir India menyatakan menembak mati komandan utama kelompok militan yang berpusat di Pakistan yang dituduh bertanggung jawab atas serangkaian serangan lokal, termasuk serangan terhadap parlemen negara bagian itu pada 2001.

Kepala Jaish-e-Mohammad (JEM), Sajjad Afghani, dan pengawalnya tewas dalam tembak-menembak di pinggiran Danau Dal di Srinagar, kota terbesar di Kashmir, kata kepala kepolisian S.M. Sahai kepada wartawan, seperti dilaporkan AFP.

Afghani, yang di jajaran militan juga dikenal sebagai "Qari Hamad", adalah salah satu gerilyawan paling diburu di kawasan itu dan beroperasi aktif di Kashmir utara, kata Sahai, yang menyebut pembunuhan itu sebagai "sebuah terobosan besar" yang telah mencegah serangan.

"Kedua militan itu adalah warga negara Pakistan dan tewas setelah pasukan polisi menyergap mereka ketika mereka bergerak dengan sebuah mobil pribadi," kata perwira itu.

Ini merupakan tembak-menembak besar pertama di Srinagar sejak penembakan tiga pemuda pada November yang kata polisi militan JEM. Kelompok-kelompok hak asasi manusia mempertanyakan klaim polisi itu, dengan mengatakan bahwa mereka adalah pelajar.

Dalam insiden terpisah pada Kamis, seorang juru bicara kepolisian mengatakan, mayat seorang pria berusia 35 tahun dengan leher digorok ditemukan di sebuah hutan 45 kilometer sebelah timurlaut Srinagar.

Tiga anggota keluarga yang sama juga cedera kritis Kamis dalam ledakan bom di distrik Kupwara, 100 kilometer sebelah utara Srinagar.

Kashmir India tahun lalu dilanda protes terbesar terhadap kekuasaan India, yang menewaskan lebih dari 110 pemrotes, sebagian besar akibat tembakan polisi terhadap pemuda pelempar batu.

Lebih dari 47.000 orang -- warga sipil, militan dan aparat keamanan -- tewas dalam pemberontakan muslim di Kashmir India sejak akhir 1980-an.

Pejuang Kashmir menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari India atau penggabungannya dengan Pakistan yang penduduknya beragama Islam.

New Delhi menuduh Islamabad membantu dan melatih pejuang Kashmir India. Pakistan membantah tuduhan itu namun mengakui memberikan dukungan moral dan diplomatik bagi perjuangan rakyat Kashmir untuk menentukan nasib mereka sendiri.

Perbatasan de fakto memisahkan Kashmir antara India dan Pakistan.

Dua dari tiga perang antara kedua negara itu meletus karena masalah Kashmir, satu-satunya negara bagian yang berpenduduk mayoritas muslim di India yang penduduknya beragama Hindu.

Serangan-serangan pada 2008 di Mumbai, ibukota finansial dan hiburan India, telah memperburuk hubungan antara India dan Pakistan.

New Delhi menghentikan dialog dengan Islamabad yang dimulai pada 2004 setelah serangan-serangan Mumbai pada November 2008 yang menewaskan lebih dari 166 orang.

India menyatakan memiliki bukti bahwa "badan-badan resmi" di Pakistan terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan-serangan itu -- tampaknya menunjuk pada badan intelijen dan militer Pakistan. Islamabad membantah tuduhan tersebut.

Sejumlah pejabat India menuduh serangan itu dilakukan oleh kelompok dukungan Pakistan, Lashkar-e-Taiba, yang memerangi kekuasaan India di Kashmir dan terkenal karena serangan terhadap parlemen India pada 2001. Namun, juru bicara Lashkar membantah terlibat dalam serangan tersebut.

India mengatakan bahwa seluruh 10 orang bersenjata yang melakukan serangan itu datang dari Pakistan. New Delhi telah memberi Islamabad daftar 20 tersangka teroris dan menuntut penangkapan serta ekstradisi mereka.
(M014/S008/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011