Manama (ANTARA News) - Sekjen PBB Ban Ki-moon memperingatkan Bahrain bahwa tindakan keras terhadap para pemrotes anti-pemerintah dapat melanggar hukum internasional.

Ban menelpon Raja Hamad, Kamis untuk menyatakan "keprihatinan yang mendalam" atas penggunaan kekuatan yang antara lain melarang dokter-dokter mengobati para pemrotes yang cedera di negara Teluk itu.

Sekjen "menyatakan keprihatinannya yang mendalam atas berita-berita penggunaan tindakan yang berlebihan dan semena-mena oleh pasukan keamanan dan polisi di Bahrain terhadap para warga sipil, termasuk apa yang disebut larangan terhadap personil medis," kata satu pernyataan PBB.

Ia juga "menyatakan bahwa tindakan-tindakan seperti itu dapat melanggar hukum kemanusiaan internasional, dan hak asasi manusia."

Sekjen PBB itu mengemukakan hal itu setelah tindakan keras berdarah terhadap para pemrotes yang dipimpin kelompok Syiah oleh para penguasa Muslim Sunni  dukungan Amerika Serikat. Bahrain adalah pangkalan bagi Armada Kelima AS.

Aksi kekerasan di kerajaan yang strategis itu telah membuat cemas Washington dan menimbulkan kecaman dari Iran, para pemimpin Syiah di Irak dan milisi Hizbullah di Lebanon.

Valerie Ammos, wakil Sekjen PBB untuk urusan kemanusiaan, sebelumnya mendesak pasukan keamanan "menahan diri untuk tidak menggunakan kekuatan militer, dan menghormati fasilitas-fasilitas medis dan menjamin perawatan bagi orang-orang yang cedera."

Ketua hak asasi manusia PBB Navi Pillay Kamis mengatakan pengambil alihan pasukan keamanan terhadap rumah-rumah sakit dan medis adalah "pelangaran berat terhadap hukum internasional."

"Ada laporan-laporan tentang penahanan sewenang-wenang, pembunuhan, pemukulan terhadap para pemrotes dan personil medis, dan tentang pengambil alihan rumah-rumah sakit dan pusat-pusat medis oleh pasukan kamanan," katanya.

"Ini adalah satu tindakan mengejutkan dan tidak sah."

Para pemerotes ditangkap dengan todongan senjata dalam satu operasi tengah malam dan polisi bersenjata menjaga rumah sakit utama Manama, Kamis, di tengah-tengah laporan pihak berwenang memukuli para dokter dan melarang mereka mengobati para pemerotes yang cedera.

Kelompok oposisi itu berikrar akan terus melakukan unjuk-unjuk rasa "damai" kendatipun dihalangi pasukan militer.

"Kami tidak akan tunduk pada tentara," kata ulama Syiah Sheikh Ali Salman, ketua asosiiasi Al Wefaq. "Kami menekankan pada aspek damai kegiatan-kegiatan kami dan kami tidak akan terseret ke dalam konfrontasi-konfrontasi.
(H-RN/H-AK)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011