Banda Aceh (ANTARA News) - Pemerintah segera mengambilalih kepemilikan saham Asean Aceh Fertilizer (AAF) dan menjadikannya bagian dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibawah kendali Holding BUMN Pupuk.

"Dalam waktu dekat perubahan status AAF akan selesai, sehingga pengelolaannya bisa ditangani PT Pupuk Iskandar Muda," kata Menteri BUMN Mustafa Abubakar, usai memimpin Rapat BUMN membahas Revitalisasi Industri Pupuk dan Revitalisasi Perkebunan, di Banda Aceh, Rabu.

Menurut Mustafa, saat ini proses finalisasi pengalihan AAF menjadi BUMN sedang berlangsung.

"Untuk menindaklanjuti proses pengambilalihan tersebut, akan ada audit forensik keuangan dan dari sisi teknis operasional AAF agar kepastian pengalihannya berjalan dengan baik," ujarnya.

Diketahui pemerintah pada 2005 memutuskan untuk melikuidasi AAF karena tidak bisa beroperasi akibat terhentinya pasokan gas ke perusahaan itu.

Perusahaan juga tidak sanggup memperpanjang kontrak pasokan gas, mengakibatkan AAF yang berlokasi di Lhoksemauwe ini menderita kerugian puluhan juta rupiah sepanjang tahun 2003 hingga tahun 2005. Namun Komisi VI DPR-RI menyatakan menolak AAF dilikuidasi.

PT AAF merupakan perusahaan pupuk patungan lima negara Asean yang didirikan 12 April 1979 dengan komposisi saham PT Pusri 60 persen, Petronas 13 persen, The Philipine National Development Co 13 persen, Temasek Holding Pte Ltd 1 persen, Kementerian Keuangan Kerajaan Thailand 13 persen.

Menurut Mustafa, seluruh pemegang saham tersebut sudah mencapai kesepakatan untuk mengalihkan sahamnya kepada holding BUMN Pupuk di bawah kendali PT Pusri.

"Dengan pengalihan AAF tersebut, maka PIM akan mengelola tiga pabrik yaitu PIM 1, PIM 2 dan PIM 3 (eks AAF)," ujarnya.

Untuk dilanjutkannya operasional AAF pascapengambialihan saham tersebut, Menteri memastikan bahwa pasokan gas yang selama ini menjadi kendala AAF akan diperoleh dari PT Pertamina dengan mengkoordinasikannya dengan Ditjen Migas agar memperoleh prioritas.

Sementara itu, Direktur PT PIM Mashudianto menuturkan pihaknya siap jika pemerintah menugaskan PIM untuk mengelola AAF.

"Dari sisi pengalaman dan sumber daya manusia kami sangat siap. Lokasinya juga berdekatan dengan pabrik PIM di Lhoksemauwe," ujarnya.

Namun Mashudianto menuturkan, kunci pengelolaan AAF juga terletak pada jaminan pasokan gas yang diharapkan dapat diperoleh dari LNG Receiving Terminal yang ada di Arun.(*)

(T.R017/B008)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011