Baghdad (ANTARA News) - Rangkaian serangan yang tidak berkaitan di Irak menewaskan 13 orang, termasuk tujuh orang di kota Mosul, Irak utara, dan empat orang lagi selama perampokan perhiasan di Baghdad, kata polisi dan sumber lain, Senin.

Minggu tengah malam, sejumlah orang bersenjata menyerbu daerah miskin di kota Mosul, menewaskan enam wanita dan seorang pria, kata polisi dan sumber medis.

"Enam wanita dan satu pria dibunuh kemarin malam oleh orang-orang bersenjata yang menyerbu sebuah rumah di daerah Al-Tanak, Mosul," kata seorang mayor polisi kepada AFP. Distrik itu terkenal memiliki tempat-tempat pelacuran, yang dilarang di Irak.

Satu sumber di rumah sakit Al-Mosul mengkonfirmasi bahwa mayat enam wanita dan seorang pria telah diterima. Sumber itu menambahkan, wanita-wanita itu berusia antara 20 dan 40 tahun.

Provinsi Nineveh yang beribukotakan Mosul menjadi tempat kelompok-kelompok muslim bersenjata, beberapa diantaranya terkait dengan Al-Qaeda.

Sementara itu di Baghdad utara, "orang-orang bersenjata meledakkan tiga bom sonik di daerah Kairo sebagai penarik perhatian. Ketika bom-bom itu meledak, orang-orang bersenjata tersebut menyerbu tiga toko perhiasan, membunuh pemilik-pemiliknya dan satu orang lain ketika melarikan diri dengan barang-barang jarahannya," kata seorang pejabat kementerian dalam negeri.

Sembilan orang juga terluka dalam serangan itu, tambah pejabat itu.

Di tempat lain lagi, bom-bom pinggir jalan di Baghdad dan kota Mussayib sebelah selatan ibukota Irak tersebut menewaskan seorang tentara dan seorang polisi, dan mencederai 16 orang, kata seorang kepala kepolisian dan pejabat kementerian dalam negeri itu kepada AFP.

Serangan-serangan itu merupakan yang terakhir dari rangkaian kekerasan yang meningkat lagi di Irak dan terjadi beberapa bulan setelah penarikan pasukan AS.

Ratusan orang tewas dalam gelombang kekerasan terakhir di Irak, termasuk sejumlah besar polisi Irak, namun AS tetap melanjutkan penarikan pasukan dari negara itu.

Meski kekerasan tidak seperti pada 2006-2007 ketika konflik sektarian berkobar mengiringi kekerasan anti-AS, sekitar 300 orang tewas setiap bulan pada 2010, dan Juli merupakan tahun paling mematikan sejak Mei 2008.

Militer AS menyelesaikan penarikan pasukan secara besar-besaran pada akhir Agustus, yang diumumkannya sebagai akhir dari misi tempur di Irak, dan setelah penarikan itu jumlah prajurit AS di Irak menjadi sekitar 50.000.

Penarikan brigade tempur terakhir AS dipuji sebagai momen simbolis bagi keberadaan kontroversial AS di Irak, lebih dari tujuh tahun setelah invasi untuk mendongkel Saddam.

Namun, pasukan AS terus melakukan operasi gabungan dengan pasukan Irak dan gerilyawan Kurdi Peshmerga di provinsi-provinsi Diyala, Nineveh dan Kirkuk dengan pengaturan keamanan bersama di luar misi reguler militer AS di Irak.

Para pejabat AS dan Irak telah memperingatkan bahaya peningkatan serangan ketika negosiasi mengenai pembentukan pemerintah baru Irak tersendat-sendat, beberapa bulan setelah pemilihan umum parlemen di negara itu.

Jumlah warga sipil yang tewas dalam pemboman dan kekerasan lain pada Juli naik menjadi 396 dari 204 pada bulan sebelumnya, menurut data pemerintah Irak.

Sebanyak 284 orang -- 204 warga sipil, 50 polisi dan 30 prajurit -- tewas pada Juni, kata kementerian-kementerian kesehatan, pertahanan dan dalam negeri di Baghdad kepada AFP.

Menurut data pemerintah, 337 orang tewas dalam kekerasan pada Mei.

Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni 2009 telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaeda.

Gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaeda kini tampaknya menantang prajurit dan polisi Irak ketika AS mengurangi jumlah pasukan menjadi 50.000 prajurit pada 1 September 2010, dari sekitar 170.000 pada puncaknya tiga tahun lalu. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011