Jakarta (ANTARA News) - Ekonom Senior Standard Chartered, Fauzi Ichsan, memprediksi harga minyak masih akan cenderung naik apabila krisis di Afrika Utara belum mereda.

Meskipun demikian, menurut dia, di Jakarta, Selasa, kondisi itu lebih karena peran spekulan, bukan karena permintaan riil ekonomi global.

"Kenaikan harga minyak, kalaupun akan naik terus lebih dipicu spekulator dan bukan karena kebutuhan riil ekonomi global," ujarnya dalam paparan dampak krisis politik di Afrika Utara dan Timur Tengah terhadap ekonomi di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan permintaan ekonomi global atas energi minyak masih terbatas karena pertumbuhan ekonomi dunia, terutama di Eropa dan Amerika Serikat akan lebih lambat dibandingkan tahun lalu.

Fauzi mengharapkan krisis di Libya akan cepat berakhir dan tidak merembet ke negara-negara tetangga, seperti Iran dan Saudi Arabia, karena akan cepat menstabilkan harga minyak.

Namun apabila krisis politik akan menyebar ke negara-negara lain di Afrika Utara dan Timur Tengah, maka dipastikan harga minyak akan meningkat hingga 120-150 dolar AS per barel.

"Tetapi kalau krisis ini meluas ke Iran dan Saudi Arabia, harga minyak sangat mungkin naik ke 120-150 dolar AS per barel," ujarnya.(*)

S034/A027

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011