Jakarta (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal International Conference of Islamic Scholars (ICIS) KH Hasyim Muzadi menyatakan, harus dipikirkan langkah-langkah agar Libya tidak jatuh ke tangan Amerika Serikat dan sekutunya ketika konflik di negara kaya minyak itu berhasil dihentikan.

"Kalau setelah gencatan terus Libya jatuh ke tangan Barat, ya, sama saja, rakyat Libya yang rugi," kata Hasyim di kantor Sekretariat ICIS, Jalan Dempo, Jakarta, Selasa.

Dikatakannya, di Libya saat ini ada dua masalah, yakni serangan Amerika Serikat (AS) bersama sekutunya dan konflik antara kelompok pro dengan kelompok kontra Muammar Gaddafi.

"Jadi, ada gencatan senjata, tapi Qaddafi juga harus mengerti maunya rakyat Libya, entah bagaimana caranya," kata mantan Ketua Umum PBNU itu.

Menurut Hasyim, saat ini terjadi upaya pemecahan antara Libya bagian barat dan Libya bagian timur. Hal itu dilakukan AS dan sekutunya karena tidak semua daerah Libya kaya minyak.

"Sekarang ini Libya barat dan timur dipecah. Ada apa dengan ini? Yang jelas Libya barat itu tidak ada apa-apanya. Yang kayak minyak itu Libya timur," kata Hasyim.

Menurutnya, kasus yang menimpa Libya saat ini sama dengan yang terjadi di Sudan yakni dibelah menjadi Sudan bagian utara dan selatan.

"Yang selatan yang banyak minyaknya," kata Hasyim yang pernah melawat ke Sudan beberapa tahun lalu.

Dikatakannya, masyarakat dunia harus belajar dari perang Irak. Saat itu, AS dan sekutunya menggempur habis-habisan kekuatan Saddam Hussein. Namun, setelah Irak jatuh ke tangan AS dan sekutunya, rakyat Irak justru semakin larut dalam konflik antarkelompok.

"Agresi Barat ke Libya bisa mengulang apa yang terjadi di Irak," katanya.(*)
(S024/Z002)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011