Dar es Salaam (ANTARA News) - Pergolakan politik di Libya dan sejumlah negara Arab harus menjadi pelajaran negara-negara Afrika bahwa waktu sudah habis bagi rejim diktator, kata seorang pejabat Tanzania, Rabu.

"Ini adalah pelajaran bagi kita semua di Afrika dan penjuru lain bahwa rejim-rejim yang berkuasa tanpa persetujuan rakyat tidak bisa lagi diterima," kata Deputi Menteri Luar Negeri Mahadhi Juma Maalim kepada parlemen, demikian AFP melaporkan.

Maalim menyatakan hal itu untuk menanggapi pertanyaan sejumlah anggota parlemen mengenai apa yang dipelajari Tanzania dari pemberontakan rakyat di Mesir, Tunisia, Aljazair, Yordania, Suriah dan Libya.

"Era kediktatoran kini sudah berakhir. Beberapa dari negara-negara ini telah mulai melaksanakan reformasi, termasuk mengadakan pemilihan umum," kata wakil menteri itu.

Tanzania menyelenggarakan pemilihan umum reguler sejak pemulihan sistem politik multi-partai pada 1992, namun kelompok-kelompok oposisi mengecam pemilu tahun lalu yang memberi Presiden Jakaya Kikwete masa jabatan kedua.

Afrika adalah tempat para presiden yang berkuasa paling lama di dunia.

Aktivis pro-demokrasi di sejumlah negara Arab terinspirasi oleh pemberontakan di Tunisia dan Mesir yang berhasil menumbangkan pemerintah yang telah berkuasa puluhan tahun.

Buntut dari demonstrasi mematikan selama lebih dari dua pekan di Mesir, Presiden Hosni Mubarak mengundurkan diri Jumat (11/2) setelah berkuasa 30 tahun dan menyerahkan kekuasaan kepada Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata, sebuah badan yang mencakup sekitar 20 jendral yang sebagian besar tidak dikenal umum sebelum pemberontakan yang menjatuhkan pemimpin Mesir itu.

Sampai pemilu dilaksanakan, dewan militer Mesir menjadi badan eksekutif negara, yang mengawasi pemerintah sementara yang dipimpin perdana menteri.

Di Tunisia, demonstran juga menjatuhkan kekuasaan Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali pada Januari.

Ben Ali meninggalkan negaranya pertengahan Januari setelah berkuasa 23 tahun di tengah tuntutan yang meningkat agar ia mengundurkan diri meski ia telah menyatakan tidak akan mengupayakan perpanjangan masa jabatan setelah 2014. Ia dikabarkan berada di Arab Saudi.

Ia dan istrinya serta anggota-anggota lain keluarganya kini menjadi buronan dan Tunisia telah meminta bantuan Interpol untuk menangkap mereka.

Selama hampir dua bulan ini Libya juga dilanda pemberontakan yang menuntut pengunduran diri pemerintah Moamer Kadhafi.

Sejumlah pemimpin Barat mendesak Kadhafi, yang berkuasa selama lebih dari empat dasawarsa, mengundurkan diri di tengah pemberontakan mematikan terhadap pemerintahnya, namun ia tetap membangkang.

Libya kini digempur pasukan internasional sesuai dengan mandat PBB yang disahkan pada Kamis lalu (17/3).

Resolusi 1973 DK PBB disahkan ketika kekerasan dikabarkan terus berlangsung di Libya dengan laporan-laporan mengenai serangan udara oleh pasukan Moamer Kadhafi, yang membuat marah Barat.

Selama beberapa waktu hampir seluruh wilayah negara Afrika utara itu terlepas dari kendali Kadhafi setelah pemberontakan rakyat meletus di kota pelabuhan Benghazi pada pertengahan Februari. Namun, kini pasukan Kadhafi dikabarkan telah berhasil menguasai lagi daerah-daerah tersebut.

Ratusan orang tewas dalam penumpasan brutal oleh pasukan pemerintah dan ribuan warga asing bergegas meninggalkan Libya pada pekan pertama pemberontakan itu.

Kadhafi (68) adalah pemimpin terlama di dunia Arab dan telah berkuasa selama empat dasawarsa. Kadhafi bersikeras akan tetap berkuasa meski ia ditentang banyak pihak. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011