Bogota (ANTARA News/Reuters) - Longsoran lumpur menghantam sebuah bus di Kolombia, menewaskan sedikitnya 20 orang setelah hujan deras melanda negara di pegunungan Andes itu, menurut dinas bencana pemerintah pada Kamis.

Hujan deras yang diakibatkan oleh fenomena cuaca La Nina telah menewaskan ratusan orang di Kolombia dan memaksa lebih dari dua juta warga mengungsi dari rumahnya, dalam sebuah bencana yang disebut pemerintah sebagai terburuk dalam sejarah negara itu.

Tim relawan bencana mengatakan tanah longsor menimpa sebuah bus di luar kota Manizales, ibu kota wilayah Caldas, yang merupakan produsen kopi, Rabu malam.

Dua belas jenazah telah ditemukan sejauh ini, dan delapan korban masih terjebak di bawah bebatuan dan lumpur, kata mereka.

Bencana banjir yang melanda negara pengekspor batu bara kelima terbesar di dunia itu terjadi sejak pertengahan 2010, menyebabkan kerugian senilai miliaran dolar, menghancurkan sejumlah infrastruktur, menenggelamkan rumah-rumah, serta membunuh hewan peliharaan dan merusak lahan pertanian.

Dinas Cuaca Kolombia mengatakan La Nina akan berlanjut hingga Juni, namun hujan diperkirakan akan berkurang dari beberapa bulan sebelumnya.

Beberapa komoditas penting dalam perdagangan seperti batu bara dan kopi terkena imbas pada tahun lalu, namun sejauh ini pada 2011, eksportir mengatakan dampaknya masih belum kuat kecuali beberapa hari pada Januari.

Ekonomi Kolombia tumbuh 4,3 persen pada 2010 -- angka pertumbuhan tahunan tertinggi semenjak 2007 sebelum krisis ekonomi global -- menepis perkiraan analis yang memprediksi hujan lebat akan mengganggu angka pertumbuhan.

Pemerintah mengeluarkan dekrit penambahan anggaran senilai 3 miliar dolar AS tahun ini guna memberikan perhatian lebih terhadap korban hujan deras dan banjir, namun mahkamah konstitusi membatalkan upaya tersebut, memaksa pemerintah untuk mengirimkan anggaran baru kepada Kongres guna mendapatkan dana lebih.

Mahkamah Konstitusi juga menolak salah satu aspek rencana pembiayaan bagi dana tambahan -- rencana penjualan saham perusahaan minyak milik negara, Ecopetrol, yang mencapai 10 persen kepemilikan.

Pengerjaan rekonstruksi akan menghabiskan antara 5 -7 miliar dolar AS bagi negara produsen minyak nomor empat di Amerika Latin itu, dan beberapa proyek akan memakan waktu bertahun-tahun.

Namun, pemerintah mengatakan pembiayaan tersebut akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi. (PPT/M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011