menggunakan nitrogen cair
Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan dari RSIA Bunda Jakarta Dr. Ivander Utama, F.MAS, SpOG, MSc. mengatakan kualitas yang dimiliki oleh embrio tidak akan mengalami penurunan bermakna meskipun telah dibekukan dalam jangka waktu yang lama.

“Kemampuan embrio untuk bertahan dalam proses pembekuan dan pencairannya kembali sebelum ditanam itu sangat tinggi,” kata Ivander saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.

Ivander menjelaskan, adanya kemampuan bertahan yang sangat tinggi membuat embrio masih dapat digunakan bahkan setelah disimpan dalam waktu yang cukup panjang bahkan hingga 20 tahun.

Kemampuan bertahan embrio disertai prosedur laboratorium embrio yang teliti akan membantu meminimalisir risiko embrio menjadi rusak pada saat embrio dibekukan maupun saat dicairkan kembali untuk ditanamkan di dalam rahim.

Menurutnya, proses pembekuan embrio dilakukan dengan bantuan nitrogen cair dengan suhu dingin yang sangat ekstrem, sehingga membuat embrio dapat bertahan dalam proses pembekuannya tanpa mengalami kristalisasi dan rusak.

“Kita menggunakan nitrogen cair, sehingga yang terjadi bukan proses kristalisasi seperti saat kita buat es batu, tetapi terjadi proses yang namanya glasifikasi. Proses inilah yang bisa membuat embrio bertahan dalam proses pembekuan dan pencairan,” ujar dia.

Baca juga: Pentingnya menilai cadangan ovarium untuk program bayi tabung
Baca juga: Wanita ini lahirkan anak dari embrio beku sejak 25 tahun lalu

Walaupun persentase kerusakan embrio sangat kecil, Ivander mengatakan hal itu tetap dapat terjadi khususnya pada saat mencairkan embrio. Proses pencairan sangat rentan karena membutuhkan teknik tertentu yang mencegah terjadinya pembentukan kristal yang dapat merusak sel embrio itu sendiri.

Tidak semua embrio dapat bertahan dalam waktu pencairan. Namun kemungkinan embrio rusak sangat kecil yakni hanya sekitar tiga persen saja.

Lebih lanjut dia turut membeberkan bahwa keberhasilan menjalankan program bayi tabung, tergantung pada kualitas embrio. Di mana kualitas sel telur ibu dan sperma ayah harus baik.

“Semua berperan di situ, sperma berperan dan telur juga berperan. Memiliki telur yang banyak tetapi tidak disertai dengan sperma yang baik tentunya tidak akan menghasilkan embrio yang bagus, meskipun telurnya sudah banyak,” kata dia.

Sebelumnya, masyarakat dibuat takjub oleh adanya bayi yang dilahirkan dengan perbedaan jarak kelahiran enam tahun dengan menggunakan embrio beku di Sumenep, Madura, Jawa Timur.

Kejadian yang telah mendapatkan ribuan komentar di medsos tersebut, membuktikan keberhasilan program bayi tabung yang menggunakan metode Frozen Embryo Transfer (FET).

Baca juga: Morula IVF Padang berikan program bayi tabung melalui Morula Care

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021