Manado (ANTARA News) - Bank Indonesia memperkirakan neraca pembayaran Indonesia akan mengalami surplus cukup besar yakni berkisar 16,4 miliar dolar AS, berasal baik dari transaksi berjalan, transaksi modal maupun finansial.

"Kendati mengalami angka cukup besar, tetapi jumlah tersebut tidak akan mampu melewati suplus tahun 2010 yang ketika itu mencapai 30 miliar dolar AS, tetapi dengan capaian 16,4 miliar dolar AS sudah cukup tinggi," kata Deputi Gubernur BI Ardhayadi Mitroatmodjo dalam temu wicara dengan pemerintah provinsi Sulut, perbankan, Kadin dan asosiasi sektor riil di Manado, Senin.

Ardhayadi mengatakan, kendati surplus neraca pembayaran akhir tahun ini lebih rendah ketimbang tahun lalu, tetapi dari sisi cadangan devisa Indonesia diperkirakan terus meningkat mencapai 112,6 miliar dolar AS dibanding akhir 2011 hanya pada posisi 96,2 miliar dolar AS.

Dengan jumlah cadangan devisa sebanyak 112,6 miliar dolar AS, kata Ardhayadi, dapat menutup impor selama 7,5 bulan dan pembayaran utang luar negeri pemerintah jangka pendek, serta semakin memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia dalam memitigasi berbagai kejutan eksternal yang bakal timbul.

Perkembangan sampai dengan akhir Maret 2011, kata Ardhayadi, cadangan devisa Indonesia sudah mencapai 105,7 miliar dolar AS setara dengan 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri.

Surplus perdagangan tersebut, kata Ardhayadi juga akan didorong ekspor yang diperkirakan masih akan tumbuh cukup tinggi tahun ini, serta adanya aliran masuk modal asing dalam bentuk portofolio tetap besar dan investasi asing langsung (PMA) diperkirakan meningkat.

Kondisi ini, kata Ardhayadi akan membawa perekonomian domestik Indonesia pada 2011 mencapai pertumbuhan berkisar 6,0 persen hingga 6,5 persen, dan pada 2012 akan menjadi menjadi 6,1 hingga 6,6 persen.

"Pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang oleh seumber pertumbuhan yang semakin berimbang seiring dengan kinerja investasi yang terus meningkat dan ekspor tetap solid," kata Ardhayadi.

Peran investasi, khususnya PMA, kata Ardhayadi, diperkirakan akan terus meningkat sejalan dengan masih kuatnya permintaan baik domestik maupun eksternal serta membaiknya sovereign credit rating.

"Secara sektoral seluruh sektor ekonomi diperkirakan akan tumbuh tinggi, dengan perkiraan tertinggi pada sektor transportasi dan komunikasi, perdagangan hotel dan restoran serta sektor bangunan," kata Adhayadi.

(G004/A026/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011