Makassar (ANTARA News) - Karya besar I La Galigo dijamin masih ditampilkan secara utuh sesuai dengan sejarah masyarakat Sulawesi Selatan, menyusul kekhawatiran sejumlah pihak adanya perubahan alur cerita dalam pementasan I La Galigo di Makassar.

"Lapis-lapis cerita akan terjadi dan kami akan meninggalkan cerita ini sebagai lembaran karya yang baru di sini," kata Sutradara Pementasan I La Galigo, Robert Wilson, menjawab pertanyaan wartawan saat jumpa pers di Benteng Fort Rotterdam Makassar.

Dia mengharapkan, pementasan berlabuhnya La Galigo di Makassar bisa memberikan inspirasi bagi masyarakat Sulsel untuk melanjutkan karya besar ini dalam bentuk lain.

"Harapan saya pohon yang diceritakan dalam kisah ini akan memiliki ranting-ranting yang baru dan bercabang di sini," ucap dia.

Terdapat 12 "scene" (adegan) yang ditampilkan dalam pementasan ini, dia menilai, dalam setiap "scene" memiliki cerita yang cukup bagus untuk di olah dan dikembangkan dalam bentuk lain.

"Pementasan Lagaligo di daerah ini, kami harap tahun depan pentas ini bisa diselenggarakn kembali. Semoga dunia bisa kembali ke Makassar untuk mencari pentas Lagaligo dalam bentuk yang lain," ujar dia.

Bukan hanya penjualan tiket yang menguntungkan dari pementasan ini di Makassar, tetapi dia melihat adanya "multiefek" yang bisa dirasakan masyarakat kota ini mulai dari sopir taksi, hotel, restoran dan sejumlah pelaku usaha lainnya.

Kota Makassar diharapkan bisa berkembang seperti kota kecil yang terdapat di Spanyol yang dinilai mampu mengangkat identitas budaya yang cukup baik.

"Seorang arsitektur dari kota kecil itu mampu membangun sebuah galeri seni. Karyanya mampu menarik daya tarik wisatawan yang angkanya sudah mencapai 6000 orang per hari," ucap dia.

Seni dan budaya bisa mengikat orang untuk bisa berkumpul bersama-sama, dia berharap keberadaan Lagaligo mampu menyatukan seluruh budaya di daerah ini.

Sutradara yang pernah dianugerahi gelar Commandeur Of Des Arts Et Des Letters dari pemerintah Prancis ini terlihat sangat menikmati pemandangan objek kota Makassar dengan menggunakan angkutan tradisional "becak" wisata yang disiapkan di area Benteng Fort Rotterdam. (*)

(T.KR-HK/B/H-KWR)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011