Sleman (ANTARA News) - Sejumlah korban bencana erupsi Gunung Merapi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta mengaku keberatan jika jaminan hidup akan diganti dengan program padat karya karena tidak semuanya bisa terakomodasi.

"Kami tidak setuju jika jaminan hidup (jadup) diganti dengan program padat karya, sebab tidak semua korban Merapi bisa mengikuti atau terlibat dalam padat karya," kata Sumantri (45) Warga Srodokan, Desa Wukirsari, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Kamis.

Menurut korban Merapi yang tinggal di hunian sementara (huntara) Dusun Dongkelsari, Wukirsari ini, jumlah warga yang bisa ikut kegiatan padat karya selama ini sangat terbatas dan tidak semuanya dapat tertampung.

"Belum lagi bagi korban Merapi yang selama ini telah memiliki pekerjaan tetap baik itu sebagai buruh atau pegawai instansi, mereka tidak akan bisa ikut kegiatan padat karya karena mereka harus masuk kerja," katanya.

Ia mengatakan, selain itu untuk mereka yang telah lanjut usia atau sakit maka tidak mungkin bisa ikut dalam kegiatan padat karya ini.

"Belum lagi kaum perempuan dan anak-anak, mereka juga tidak akan bisa ikut dalam kegiatan padat karya ini, padahal selama ini mereka semua ini mendapat jadup sebesar Rp5.000 per hari," katanya.

Sedangkan Kepala Desa Kepuharjo, Cangkringan Heri Suprapto mengatakan warga korban bencana erupsi Merapi di desa tersebut akan keberatan jika jadup diganti dengan padat karya karena selain akan banyak yang tidak bisa terlibat juga karena nilai yang diterima dalam padat karya per kepala keluarga bisa tidak sama sehingga rawan menimbulkan kecemburuan.

"Program padat karya ini kan masing-masing memperoleh upah Rp20 ribu untuk pekerja dan Rp30.000 untuk tukang, semisal satu keluarga berisi empat jiwa maka ini bisa lebih besar dibandingkan dengan nilai jadup yang Rp5.000 per jiwa per hari, tetapi kan ada yang satu keluarga berisi enam jiwa atau lebih, sehingga mereka akan lebih kecil dari jadup," katanya.

Sebelumnya Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengusulkan agar bantuan jaminan hidup untuk korban bencana erupsi Gunung Merapi diganti dengan program kegiatan padat karya.

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Sosial (Disnakersos) Kabupaten Sleman Kriswanto, mengatakan direncanakan ada 20 paket program padat karya yang akan dilangsungkan selama masa tanggap darurat bencana Merapi ini.

"Satu paket program padat karya dianggarkan dana sebesar Rp54,5 juta yang diambilkan dari APBD Kabupaten Sleman. Sedangkan satu paket dapat dikerjakan 40 orang untuk 18 hari kegiatan dengan upah yang diberikan Rp20 ribu untuk pekerja dan Rp30 ribu bagi tukang," katanya.
(ANT)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2011