Magelang (ANTARA News) - Ratusan umat Katolik lereng barat Gunung Merapi mengikuti misa kudus Malam Paskah secara sederhana namun takzim di Gereja Santa Maria Lourdes Desa Sumber, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (23/4) hingga menjelang tengah malam.

Misa menggunakan bahasa Jawa dan lagu-lagu rohani Katolik diiringi tabuhan gamelan itu dipimpin Kepala Gereja Paroki Santa Maria Lourdes Sumber, Romo Vincentius Kirjito.

Gerimis di kawasan Merapi itu mengiring umat setempat selama perayaan Malam Paskah untuk merayakan kebangkitan Yesus Kristus dari kematian di kayu salib.

Prosesi persembahyangan dimulai dengan upacara pemberkatan api yang disulut oleh Romo Kirjito di lilin Paskah berukuran cukup besar di depan gereja setempat. Lilin Paskah itu kemudian diarak masuk gereja desa itu dan diletakkan di depan altar.

Pada kesempatan itu umat juga mengucapkan pembaruan janji baptis sebagai orang Katolik.

Kirjito saat kotbah mengatakan, semangat Paskah 2011 menumbuhkan kesadaran umat untuk menjadi orang Katolik yang mengimani ajaran Yesus Kristus.

"Sebagaimana murid Yesus segera kembali ke Galilea setelah mendapat kabar dari malaikat bahwa Yesus telah bangkit untuk mengabarkan kepada para murid lainnya," katanya.

Ia mengajak umat setempat selalu mementingkan kebaikan untuk seluruh masyarakat.

"Katolik sejati dalam istilah budaya kerakyatan yaitu gereja yang signifikan dan relevan. Kehidupan menggereja dengan semangat `mbok luwih`, semangat ingin lebih, lebih rajin, lebih taat, dan lebih bertanggungjawab," katanya.

Pada kesempatan itu Kirjito yang juga penerima Maarif Award 2009 itu menyebut letusan Gunung Merapi 2010 yang cukup besar itu sebagai "mbok luwih".

"Gunung Merapi meletus besar, semua mengungsi, korban banyak, tetapi berkah juga banyak. Yesus sendiri juga rela berkorban secara lebih untuk menebus dosa manusia. `Mbok luwih` adalah Yesus sendiri, semangat Paskah semangat lebih supaya umat di masyarakat menjadi murid Yesus yang lebih signifikan dan relevan," katanya.  (M029*M028/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011