Kota Vatikan (ANTARA News/AFP) - Paus Benediktus ke-16 pada Ahad mendesakkan "diplomasi dan dialog" daripada tindakan bersenjata bagi masalah di Libya dan mendoakan "kemuliaan manusia dapat mengatasi sisi kegelapan" di Timur Tengah.

"Mengenai pertikaian di Libya saat ini, semoga diplomasi dan dialog dapat menggantikan senjata dan semoga yang menderita akibat peperangan mendapat jalan kepada bantuan kemanusiaan," kata Paus dalam ceramah tradisional Paskah.

"Semoga cahaya perdamaian dan kemuliaan manusia dapat mengatasi sisi kegelapan, kebencian dan kekerasan di Timur Tengah," tambah Paus dalam ceramah itu, yang dikenal dengan "Urbi et Orbi" atau "Kepada Kota dan Dunia".

Dalam ceramahnya kepada puluhan ribu umat Nasrani, yang berkumpul di lapangan Santo Petrus saat cuaca cerah, serta puluhan juta penonton televisi di seluruh dunia, Paus menambahkan, "Bagi negara di Afrika utara dan Timur Tengah, semoga seluruh penduduknya, terutama pemuda, melakukan tindakan baik."

Paus mengajak pemuda mendirikan masyarakat, tempat kemiskinan diakhiri dan segala pilihan politis tercipta dari tindakan menghargai sesama manusia.

Paus mengeluarkan "permohonan perasaan" pada 27 Maret atas dialog bagi gencatan senjata dan untuk dukungan, bahkan bagi tanda terlemah sekalipun, atas keterbukaan dan niat perdamaian di Libya.

Sejumlah unjuk rasa besar warga Libya pada Februari terilhami oleh revolusi, yang menegulingkan pemimpin otoriter lama berkuasa di Tunisia dan Mesir, serta berkembang menjadi perang setelah tentara Muammar Gaddafi menembaki pengunjuk rasa, yang menguasai sejumlah kota di wilayah timur Libya.

Garis pertempuran menjadi lebih atau kurang statis pada beberapa pekan terakhir, namun kendati serangan udara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) membantu menghalangi pasukan Gaddafi di wilayah timur, NATO gagal memberikan kemenangan mutlak bagi pemberontak, yang kurang tergalang dan kurang senjata.

Sementara itu, bibit demokrasi, yang tumbuh di Tunisia dan Mesir, memiliki sedikit masalah, selain Yaman siap beralih secara damai, sementara Suriah mengalami pertikaian mematikan dalam unjuk rasa besar.(*)

(Uu.KR-BPY/B002)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011