Jadi kualitas bahan baku air di daerah ini tidak memenuhi syarat, namun masih dalam tahap toleransi atau harus diolah dulu
Muara Teweh (ANTARA News) - Kandungan merkuri atau air raksa di kawasan pedalaman Sungai Barito, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, dalam tiga tahun terakhir terus berkurang.

"Hasil pengujian air Sungai Barito dalam tiga tahun terakhir menunjukkan bahwa kandungan bahan kimia yang berbahaya seperti merkuri (Hg) tak terdeteksi, mungkin masih ada namun turun atau di bawah baku mutu," kata Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Lingkungan Hidup Barito Utara (Barut) Asran di Muara Teweh, Senin.

Menurut Asran, turunnya kadar kandungan merkuri ini diperkirakan sebagai dampak gencarnya sosialisasi dan penertiban para penambang emas tanpa izin di pedalaman Sungai Barito baik di wilayah Kabupaten Murung Raya maupun Barito Utara.

Saat ini, kata dia, aktivitas penambangan rakyat yang sebelumnya di tengah sungai baik secara tradisioanal maupun mesin kini sudah beralih ke darat.

"Kita harapkan pencemaran ini terus berkurang bahkan bebas dari ancaman tercemarnya sungai dari bahan kimia yang bisa merusak kesehatan manusia dan lingkungan tersebut," katanya didampingi Kepala UPTB Laboratorium Lingkungan Hidup, Akhmad Rizali.

Asran menjelaskan, air pedalaman Sungai Barito di wilayah Kalimanan Tengah hingga saat ini masih menjadi bahan baku air PDAM di Kabupaten Murung Raya dan Barito Utara dan beberapa kabupaten lainnya.

Namun saat ini kualitas air sungai sudah tidak memenuhi syarat untuk dikonsumsi langsung atau masih tercemar ringan dengan katagori sesuai polutan indeks (PI) yakni bisa dikonsumsi asal dengan pengolahan di antaranya direbus dulu atau disimpan di penampungan guna menurunkan tingkat kekeruhan.

"Jadi kualitas bahan baku air di daerah ini tidak memenuhi syarat, namun masih dalam tahap toleransi atau harus diolah dulu," jelas dia.

Sungai Barito mengalir dari hulu di pedalaman Kalimantan Tengah dan bermuara di Kalimantan Selatan sepanjang 900 kilometer. Ketika air sungai naik atau hujan, tingkat kekeruhan sangat tinggi, namun kandungan bahan kimia dan logam cenderung turun.

Sebaliknya ketika debit air sungai surut atau kemarau tingkat kekeruhan rendah sedangkan kandungan bahan berbahaya bagi kesehatan relatif tinggi.

"Untuk menguji kualitas baku mutu air Sungai Barito ini minimal kami lakukan dua kali setahun dan tahun 2011 direncanakan pengujian lagi pada pertengahan Mei nanti," katanya.

Hasil pengujian air di wilayah Kabupaten Barito Utara pada tiga tempat yakni kawasan Kecamatan Lahei, Muara Teweh dan Kecamatan Montallat hingga Nopember 2010 lalu untuk tingkat keasaman (PH) pada tiga tempat itu masing-masing menunjukan 7,20, 6,65 dan 6,80.

Kemudian tingkat kekeruhan masing-masing 62,5, 61 dan 53,8 NTU, DO (oksigen terlarut/dissolve oxygen) 4,49 mg per liter (kawasan Montallat), BOD (kebutuhan biologis oksigen/biological oxygen deman) masing-masing 6,6 dan 9 mg/liter.

TSS (total kepadatan tersuspensi/total suspended solution) yakni 220, 94 dan 106 mg/liter, TDS (total padatan terlarut/total dissolve solution) 26,64 dan 80 mg/liter dan bakteri coli (tingkat pencemaran limbah domestik/MCK) masing-masing 22, 10 dan 31 coli/ml.
(K009/R007)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011