Mosul, Irak (ANTARA News) - Sedikitnya 10 orang cedera Senin dalam bentrokan antara pasukan keamanan Irak dan pemrotes di kota Mosul, Irak utara, untuk menentang keberadaan pasukan AS di Irak, kata petugas medis dan saksi, demikian Reuters melaporkan.

Bentrokan itu meletus ketika pasukan keamanan menggunakan meriam air dan melepaskan tembakan ke udara untuk mencegah sekitar 3.000 pemrotes mencapai lapangan utama di kota itu, kata para saksi itu.

Pawai di lapangan itu meningkat sejak 9 April, ketika demonstran menentang perpanjangan waktu keberadaan pasukan AS di Irak melampaui akhir tahun ini.

"Kami menerima 10 orang yang terluka, termasuk beberapa polisi. Luka-luka mereka disebabkan oleh tongkat dan batu," kata satu sumber medis di rumah sakit Mosul yang menolak disebutkan namanya.

AS dijadwalkan menarik pasukan yang tersisa sebelum 31 Desember sebagai bagian dari perjanjian keamanan bersama dengan Irak, lebih dari delapan tahun setelah invasi pimpinan AS, namun sejumlah orang Irak menuduh batas waktu itu mungkin akan diperpanjang.

Dua pawai menentang perpanjangan keberadaan pasukan AS di Irak diadakan di Baghdad dalam beberapa hari terakhir oleh para pengikut ulama anti-AS Moqtada al-Sadr, yang berjanji mengerahkan milisinya, Tentara Mehdi, jika pasukan AS tidak pergi sesuai dengan jadwal.

Perwira tinggi militer AS mengatakan, Jumat lalu, Irak hanya memiliki waktu beberapa pekan untuk memutuskan apakah ingin tetap mempertahankan pasukan AS setelah batas waktu itu.

Meski masih ada kekhawatiran mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk menghentikan aksi gerilyawan yang masih berbahaya, Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki mengatakan bahwa pasukan asing tidak akan lagi dibutuhkan setelah akhir tahun ini.

Ratusan orang tewas dalam gelombang kekerasan terakhir di Irak, termasuk sejumlah besar polisi Irak, namun AS tetap melanjutkan penarikan pasukan dari negara itu.

Meski kekerasan tidak seperti pada 2006-2007 ketika konflik sektarian berkobar mengiringi kekerasan anti-AS, sekitar 300 orang tewas setiap bulan pada 2010, dan Juli merupakan tahun paling mematikan sejak Mei 2008.

Militer AS menyelesaikan penarikan pasukan secara besar-besaran pada akhir Agustus 2010, yang diumumkannya sebagai akhir dari misi tempur di Irak, dan setelah penarikan itu jumlah prajurit AS di Irak menjadi sekitar 50.000. Sisa pasukan AS itu akan ditarik sepenuhnya pada akhir tahun ini.

Penarikan brigade tempur terakhir AS dipuji sebagai momen simbolis bagi keberadaan kontroversial AS di Irak, lebih dari tujuh tahun setelah invasi untuk mendongkel Saddam.

Namun, pasukan AS terus melakukan operasi gabungan dengan pasukan Irak dan gerilyawan Kurdi Peshmerga di provinsi-provinsi Diyala, Nineveh dan Kirkuk dengan pengaturan keamanan bersama di luar misi reguler militer AS di Irak.

Para pejabat AS dan Irak telah memperingatkan bahaya peningkatan serangan ketika negosiasi mengenai pembentukan pemerintah baru Irak tersendat-sendat, beberapa bulan setelah pemilihan umum parlemen di negara itu.

Jumlah warga sipil yang tewas dalam pemboman dan kekerasan lain pada Juli naik menjadi 396 dari 204 pada bulan sebelumnya, menurut data pemerintah Irak.

Sebanyak 284 orang -- 204 warga sipil, 50 polisi dan 30 prajurit -- tewas pada Juni, kata kementerian-kementerian kesehatan, pertahanan dan dalam negeri di Baghdad kepada AFP.

Menurut data pemerintah, 337 orang tewas dalam kekerasan pada Mei.

Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni 2009 telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaeda.

Gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaeda kini tampaknya menantang prajurit dan polisi Irak ketika AS mengurangi jumlah pasukan menjadi 50.000 prajurit pada 1 September 2010, dari sekitar 170.000 pada puncaknya tiga tahun lalu. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011