Pekanbaru (ANTARA News) - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau memastikan bahwa kematian dua gajah Sumatera liar di Duri, Kabupaten Bengkalis, adalah akibat diracun.

"Memang mati diracun," kata Kepala Bidang Teknis Konservasi BBKSDA Riau, Syahimin, kepada ANTARA di Pekanbaru, Rabu.

Dua Gajah Sumatera (elephant maximus sumatranus) itu  mati di Duri, Kecamatan Mandau, beberapa waktu lalu.
Keduanya merupakan gajah betina dan lokasi kematian selama ini merupakan daerah rawan konflik gajah dan manusia.

Menurut dia, hasil uji sampel dari Laboratorium Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV) di Bukittinggi, Sumatera Barat, menunjukan bahwa kedua mamalia bertubuh bongsor itu mati akibat diracun.

Gajah pertama yang mati di Duri terjadi pada akhir Maret silam. Kasus tersebut sempat menimbulkan kehebohan dari warga karena induk gajah yang diperkirakan berusia 20 tahun itu sempat terkulai lemah di tengah jalan bersama seekor anak gajah berusia dua tahun.

Meski telah diberi pertolongan medis, gajah betina itu akhirnya mati di hutan sekundar di kawasan PT Chevron Pasific Indonesia di Duri.

Sepekan berselang dari kasus pertama, seekor gajah betina juga ditemukan mati di Duri dan telah menjadi bangkai pada 1 April. Kedua gajah yang mati tersebut kemungkinan besar dari satu kawanan yang sama.

Duri menjadi daerah rawan konflik gajah liar dan manusia karena habitat satwa bongsor itu di Kawasan Suaka Margasatwa Balai Raja beralih fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit dan permukiman.

Padahal, populasi gajah liar di daerah itu cukup banyak yakni sekitar 30 hingga 40 ekor. Sedangkan, dari 16.000 hektare luas kawasan suaka itu, kini tinggal sekitar 200 hektare.

(F012/S019)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011