Bekasi (ANTARA New) - Seorang bocah laki-laki berkaos kumal bermain layang-layang bersama teman-temannya di satu tanah kosong di Desa Babelan Kota, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. 

Mereka tak menghiraukan debu kotor dan sengatan matahari.  Seharusnya anak-anak itu, Muhammad Adrian (8) salah satunya, duduk di bangku sekolah.  Sayang, orang tuanya tak bisa membuatnya bersekolah.

Kata Murniyati (23), ibunya, tahun ini seharusnya Adrian sudah kelas dua SD. 

"Nanti saja sekolahnya," kata Murni.  

Tapi ternyata Adrian ingin memakai baju putih dan celana pendek merah seperti dikenakan umumnya anak-anak seusianya.

"Saya ingin sekolah om, biar jadi ABRI, enak bisa naik pesawat tempur," katanya kepada ANTARA News.

Adrian belum tahu betapa beratnya beban hidup yang mesti ditanggung orangtuanya yang hanya petani kecil.

"Paling besar penghasilan kami sebulan sekitar 300 ribu," kata Murni.

Dia menyambung, "Maklum mas, petani tak bisa ditebak untungnya. kadang laris dan tidak. Jika musim kemarau bisa kering banget dan jika musim hujan, airnya bisa beleber ke dalam rumah."

Rumah Murni berupa bilik bambu dan papan triplek, ubinnya ya tanah. Ukurannya hanya 4 kali 5 meter. Di situ tinggal lima orang.

Yang juga menyayat hati, mereka tak memiliki sumber air, hanya sumur kecil berdiameter 65 cm.  Warna airnya sungguh menurunkan selera, karena keruh kecoklatan.

"Satu sumur ini untuk tiga rumah," kata Ramin, Kepada RT 18, RW 03, Desa Babelan Kota.

Untuk buang hajat, penghuni rumah hanya memiliki jamban bertutupkan sarung dan kain. "Kalau mau buang air harus bawa ember dari sumur ini ke jamban," kata Ramin.

Ya, air bersih adalah juga persoalan krusial mereka. "PAM ada tapi untuk bayarnya ini yang bikin pusing," kata Mamad, tetangga Ramin.

Modal Usaha

Jangan anggap mereka miskin karena tak berupaya.  Menurut Muhammad Mamad, Kepada RW 03 Desa Babelan Kota, keluarga-keluarga ini tidak malas, mereka bahkan kerap menyampaikan ide-ide cemerlang untu menyiasati kesulitan hidup.

"Masalah kami nggak punya dana," kata Mamad.

Samah (35), tetangga Murni, membenarkan ni.  Samah akan segera menjadi nenek karena anak perempuannya yang tamatan SD akan segera melahirkan. 

"Saya butuh sekali tambahan modal sekitar Rp500 ribu untuk jualan kue keliling," kata Samah yang terpaksa bekerja karena penghasilan suaminya sebagai penebang pohon per hari hanya Rp40 ribu. 

Impian serupa disampaikan Ahmadi (30), tetangga Samah, peternak ayam bekerja untuk orang lain dan diupahi Rp32 ribu per hari.  

"Kalau punya peternakan ayam sendiri menjadi lebih mandiri," katanya.

Lain lagi dengan Rojana (26). Dia ingin sekali usaha jual bensin botolan di pasar. 

"Sebenarnya saya sudah punya lapak di pasar, tapi berhubung nggak punya dana, nggak kesampaian," kata perempuan bersuamikan buruh di sebuah perusahaan itu.

Herni Hardiani (40) lebih beruntung. Rumahnya pun terbilang bagus. Dia bekerja sebagai penjaga toko kelontong sembako, sedangkan suaminya berprofesi penjahit. 

Mereka bahu membahu mencari modal agar bisa tetap menyekolahkan anak-anak.

Yang juga butuh modal usaha adalah Mamad, "Saya sedang mencari modal untuk toko gas sekitar Rp5 juta," katanya.

Mamad berharap pemerintah turun tangan meringankan beban mereka, setidaknya membantu memperlancar mendapatkan modal usaha.

Ironi

Mamad dan kawan-kawan itu seharusnya tidak semenderita seperti itu, apalagi Babelan menyimpan kandungan minyak bumi tinggi.

Neneng Djuari, pegawai Kecamatan Babelan bagian Ekonomi Pembangunan, menyebutkan tak semua desa di Babelan hidup di bawah garis kemiskinan.

Ada dua desa di pinggir laut yang terbilang sangat miskin, yaitu Desa Hurip Jaya dan Pantai Hurip, kata Nenang.

Ironisnya, sambung Neneng, kedua desa itu tak jauh dari letak kilang-kilang minyak PT. Pertamina. "Sampai saat ini kami belum menerima bentuk materi nyata (bantuan) dari PT. Pertamina," katanya.

Neneng mengakui sebagian warga Babelan hidup terlalu miskin sehingga untuk menyekolahkan anaknya pun sulit.

"Banyak anggapan sekolah itu tidak penting dan lebih baik bertani," katanya.

Abdul Choir, Kepala Urusan Kesejahteraan Desa Babelan Kota, menyebutkan total warga miskin di Babelan Kota 2.165 jiwa.

Muhammad Malik, Sekretaris Desa Babelan Kota, menambahkan, "Umumnya petani di sini menyewa lahan dan keuntungannya dibagi kepada pemilik."

Kecamatan Babelan dibagi ke dalam 7 desa dan 2 kelurahan, termasuk Babelan Kota.

PR Pemerintah

Pemerintah bukannya diam menghadapi kesulitan yang dihadapi warga miskin. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bahkan menyebut kemiskinan adalah persoalan regional dan global sehingga harus ditangani ekstra.

"Saya percaya upaya kita bersama harus berkontribusi pada kemampuan kita untuk mengatasi kemiskinan," ujarnya di Nusa Dua, Bali, beberapa waktu lalu.

Semua lini bekerja, termasuk Kementeria Sosial.

Menurut Direktur Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Perdesaan Kementerian Sosial Teguh Haryono kementeriannya sedang menggalakan beberapa program unggulan untuk mengentaskan masyarakat miskin di desa.

Salah satunya lewat Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM) dengan pendekatan Kelompok Usaha Bersama (KUBE).  Di bawah skema ini warga miskin bisa mendapatkan modal usaha dari bank. 

Menurut Teguh, pada 2010, program ini terbilang mendulang sukses di seluruh 33 provinsi.

"Saat ini sudah ada 390 ribu jiwa yang mendapatkan KUBE dan keberhasilan KUBE itu sendiri mencapai 60 persen," katanya.
 
Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri jauh-jauh hari mengungkapkan  keyakinannya bahwa jika program KUBE terus dikelola secara profesional maka akan banyak keluarga miskin yuang keluar dari jerat kemiskinan.

"KUBE dapat meningkatkan pendapatan keluarga" kata Salim, dua tahun lalu.  

Masih ada program lain.  Dan ini juga bisa menjawab rintihan warga Babelan Kota dan warga miskin lain di Indonesia.

Nama program itu Program Keluarga Harapan (PKH) yang berupa bantuan sosial tunai bersyarat bagi rumah tangga sangat miskin dengan kategori-kategori khusus. 

"Program PKH ini langsung kami bayar tunai seperti kepada ibu hamil," kata Teguh.

Sejak 2007, PKH telah diberikan kepada 70 kabupaten/kota dan 779 kecamatan di 13 provinsi. 

Secara umum, sampai bulan ini, sudah Rp430 miliar dana telah dikucurkan Kementerian Sosial untuk mengentaskan kemiskinan dan sebagian besar dialokasikan untuk penduduk miskin di Jawa yang pusat penduduk miskin Indonesia.

Desa Babelan Kota dan desa-desa lainnya pasti mengharapkan juga suntikan dana pemerintah itu mencapai mereka.

Dengan bantuan itu, Ahmadi bakal memiliki peternakan ayam sendiri, Herni bisa membuka toko gasnya, sementara Samah akan anteng berjualan kue keliling. Bahkan Adrian kelak dapat mewujudkan cita-citanya, menerbangkan pesawat tempur Sukhoi SU-30. (*)

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011