"Mereka turut mengikuti pertukaran informasi dan satu di antara guru kami pernah mengunjungi satu pusat pendidikan di Penang, Malaysia," kata Kepala Sekolah SDN Menteng 01, Ny. Hasimah M.Pd di Jakarta, Sabtu.
Walaupun terjadi kerja sama regional, katanya, kurikulum pendidikan yang digunakan saat ini lebih memperlihatkan kurikulum lokal.
"Kami perlu untuk mengembangkan inovasi-invovasi baru dan memanfaatkan pertukaran informasi tersebut," kata Purwanto, guru IPS kelas 4 di SDN Menteng 01.
Kurikulum pendidikan lokal menyebabkan mata pelajaran sejarah menjadi lebih bersifat ekonomi dan mengesampingkan pendidikan sejarah bangsa dengan lebih detail, sehingga masing-masing sekolah mengembangkan strategi-strategi sendiri dalam menanamkan nilai-nilai kesejarahan, tambah Ny. Hasimah.
Kiat-kiat yang telah dilakukan oleh guru-guru SDN Menteng 01 dalam menanamkan nilai kesejarahaan, khususnya dalam menanamkan nilai-nilai ASEAN, berupa pengenalan bendera-bendera anggota Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara, lagu-lagu nasional dari kesepuluh anggotanya.
Selain itu juga para pencetus yang memprakasainya, dan nilai-nilai kebudayaan negara-negara anggota, kata Purwanto.
Menurut dia, akan lebih efektif apabila para siswa diberi materi pelajaran dengan membawa mereka mengunjungi gedung Sekretariat ASEAN yang terletak di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
"Dengan demikian pelajar dapat lebih memahami arti hubungan regional yang terjalin antara Indonesia dengan sembilan negara lainnya," katanya.
ASEAN beranggota Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Brunei, Mynmar, Kamboja, Laos, dan Vietnam.
Kedua guru tersebut memiliki harapan besar dengan diajarkannya sejarah dan makna yang terkandung dalam organisasi itu. "Sebagai guru kami menginginkan agar anak murid lebih mendalami kerja sama regional yang terjalin oleh sepuluh negara anggota ASEAN agar tercipta perdamaian di antara negara-negara di kawasan ini," kata Ny. Hasimah.
(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011
