Mataram (ANTARA News) - Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, mengatakan bahwa jangan mengembangkan dikotomi kader lama dan baru dalam kepengurusan di Partai Demokrat.

"Jaga soliditas internal, jangan kembangkan dikotomi kader lama dan baru," ujar Anas saat menyampaikan pidato politik, pada Pelantikan Dewan Pengurus Daerah (DPD) Partai Demokrat Nusa Tenggara Barat (NTB), di Mataram, Minggu malam.

Anas juga menekankan bahwa yang harus ada adalah satu komponen kader Partai Demokrat tanpa dikotomi kader lama dan baru.

Penekanan tersebut mengemuka setelah salah seorang pengurus DPD Partai Demokrat NTB, yakni Ratnawati yang sebelumnya menjadi bagian dari Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu), membuat kericuhan ketika namanya tidak ada lagi dalam kepengurusan.

Ia berupaya naik ke podium kehormatan untuk melakukan protes, namun digiring oleh pengurus lainnnya keluar dari gedung Narmada Convention Hall, tempat berlangsungnya acara pelantikan pengurus DPD Partai Demokrat NTB itu.

Ratnawati merupakan satu dari sekian banyak kader Partai Demokrat yang terpental dari kepengurusan saat pergantian Ketua DPD Partai Demokrat NTB itu, karena DR. TGH. M. Zainul Majdi, MA (yang juga Gubernur NTB periode 2008-2013) dilantik sebagai Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Partai Demokrat NTB membawa gerbong kepengurusan.

Zainul Majdi, yang semula merupakan kader Partai Bulan Bintang (PBB), terpilih secara aklamasi sebagai Ketua DPD Partai Demokrat NTB dalam Musyawarah Daerah (Musda) II Partai Demokrat NTB, di Mataram, 3 April 2011.

Majdi dalam kepengurusannya membawa Zainul Aidi, yang juga bukan kader demokrat, namun merupakan orang dekatnya dan kini menjabat Direktur PT Gerbang NTB Emas (GNE), perusahaan daerah milik Pemerintah Provinsi NTB, untuk menduduki jabatan Sekretaris DPD Partai Demokrat NTB.

Ia juga membawa TGH Mahally Fikri (mantan Ketua Komisi Pemilihan Umum/KPU Provinsi NTB periode 2004-2009) untuk menjabat Wakil Ketua I DPD Partai Demokrat NTB.

Bahkan, Majdi mengajak dua orang kader di luar Partai Demokrat, seperti H. Lalu Ruhpina, mantan Rektor Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Mataram sebagai Ketua Majelis Partai Demokrat NTB, dan Thamrin Rayes alias Bonyo (mantan Wakil Gubernur NTB) sebagai Wakil Ketua Majelis Partai Demokrat NTB.

Dalam pidato politiknya, Anas juga menekankan pentingnya menjaga nama baik Partai Demokrat, agar selalu mendapat tempat di hati masyarakat.

"Jaga nama baik partai seperti menjaga nama baik sendiri, karena nama baik itu penting untuk mempertahankan kebesaran partai," ujarnya.

Sementara itu, usai dilantik selaku Ketua DPD Partai Demokrat NTB, M. Zainul Majdi, mengaku akan terus berupaya agar partai itu menempati peringkat pertama pada Pemilu 2014.

Ia mengajak semua pengurus dan kader partai untuk bahu-membahu membesarkan Partai Demokrat.

"Saya juga akan berupaya menjadi Partai Demokrat sebagai rumah besar bagi masyarakat NTB, agar bisa menjadi wadah mengatasi berbagai persoalan masyarakat secara terbuka," ujarnya.

Majdi juga menekankan pentingnya sikap saling menghormati dan menghargai sesama partai politik.

Dia pun menyampaikan terima kasih kepada Partai Bulan Bintang (PBB) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang mengusungnya hingga menjadi Gubernur NTB periode 2008-2013.

"Lama saya merenung hingga pada akhirnya memilih bergabung dengan Partai Demokrat. Saya pun telah meminta persetujuan Dewan Musta`zar (dewan pengambil kebijakan) di NW (Nahdlatul Wathan) sebelum bergabung ke Demokrat," ujar pria berjulukan Tuan Guru Bajang (TGB), yang juga merupakan Pemimpin Pengurus Besar (PB) Nahdlatul Wathan, organisasi Islam terbesar di NTB. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011