Washington (ANTARA News) - Istri dan putri pemimpin Libya yang diperangi, Muamar Gaddafi telah melarikan diri ke Tunisia, negara tetangganya, kata Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton pada Kamis.

Berbicara dalam sebuah wawancara dengan CBS, Hillary Clinton mengatakan, tekanan internasional pada rezim Libya adalah "terlihat lambat, tapi kemajuannya stabil" pada saat pemberontak Libya berusaha untuk menggulingkan Gaddafi setelah lebih dari empat dekade berkuasa.

"Tekanan terhadap rezim Gaddafi telah meningkat ke titik yang istri dan putri Gaddafi melarikan diri melintasi perbatasan ke Tunisia dalam dua hari terakhir," kata Hillary kepada pewawancara CBS Katie Couric.

"Menteri perminyakannya juga telah membelot," kata diplomat tertinggi AS itu menambahkan.

Rumor bahwa anggota keluarga pemimpin Libya Muamar Gaddafi yang diserang, termasuk istri dan putrinya, dan telah melarikan diri ke Tunisia telah beredar selama beberapa hari.

Hillary mengatakan"Ada sejumlah besar pesan meningkat mengenai Gaddafi, bukan hanya karena serangan militer, tapi juga dari orang-orang yang berpikir bahwa dia berada di dalam tendanya atau setidaknya tidak akan mencoba mendorong dia untuk pergi."

Namun rumor-rumor itu disangkal pada Kamis oleh pihak penguasa Tunisia.

"Laporan-laporan itu benar-benar palsu," kata seorang sumber pemerintah di Tunis, dan menekankan bahwa "tidak ada anggota keluarga Gaddafi yang telah menyeberangi perbatasan Tunisia" dengan Libya.

Laporan-laporan pers telah secara khusus mengatakan bahwa isteri Gaddafi istri dan putrinya, Sofia dan Aicha, telah tiba di Tunisia.

Menteri Perminyakan Shukri Ghanem, seorang veteran rezim Gaddafi, pada akhir pekan juga menyeberang dari Libya ke negara tetangga Tunisia, kata seorang pejabat Tunisia, meskipun hal itu terjadi tanpa konfirmasi.

Ghanem, juga pimpinan perusahaan minyak nasional Libya, telah menghadiri pertemuan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) tetapi tidak membuat komentar sejak dia meninggalkan Libya, dan keberadaannya pun dianggap tidak jelas.

Jika itu benar, maka Ghanem akan menjadi salah satu pejabat paling senior Libya yang meninggalkan pemerintah Gaddafi sejak pemberontakan meletus.
(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011