Jakarta (ANTARA News) - Ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia ke Mesir terancam anjlok menyusul pengenaan bea masuk sebesar 25 persen sebagai tindakan pengamanan (safeguard) terhadap industri TPT Mesir.

"Mesir telah mengenakan safeguard mulai 15 Januari ini. Bukan hanya untuk Indonesia tapi semua negara," kata Dirjen Kerjasama Perdagangan Internasional, Departemen Perdagangan Gusmardi Bustami di Jakarta, Senin.

Menurut Gusmardi, Mesir menerapkan pengenaan temporary safeguard selama satu tahun dalam bentuk pungutan sebesar 25 persen dari nilai CIF (Cost Insurance and Freight) barang yang tidak kurang dari 0,50 dolar AS per kg untuk impor jenis Cotton Yarn dan Cotton Blend (other than sewing thread) dengan HS 5205; 5206 dan 5207.

Selain itu, Mesir juga mengenakan temporary safeguard selama satu tahun dalam bentuk pungutan sebesar 25 persen dari nilai CIF barang yang tidak kurang dari 1 dolar AS per kg terhadap impor jenis Woven Fabrics of Cotton and blend untuk HS 5208; 5209; 5210; 5211 dan 5212.

Menurut Gusmardi, pengenaan safeguard biasanya dilakukan oleh negara yang kondisi industrinya terancam ambruk sehingga memerlukan pembatasan impor.

Meski semua negara pengekspor delapan jenis produk itu dikenakan perlakuan sama, namun Indonesia akan tetap memberikan pembelaan agar terbebas dari pembatasan impor oleh Mesir.

"Nanti kita bisa ajukan pembelaan dengan melihat data-datanya dan sampaikan keberatan-keberatan kita," ujar Gusmardi.

Berdasarkan aturan WTO negara berkembang yang pangsa pasar ekspornya kurang dari tiga persen bisa bebas dari pengenaan safeguard. Namun, aturan lainnya membolehkan negara yang menerapkan safeguard menghitung total pangsa pasar negara-negara berkembang yang melakukan ekspor ke negara tersebut.

Berdasarkan analisis Depdag, ekspor Indonesia ke Mesir sejak 2005 justru mengalami penurunan. Sementara itu, total ekspor dunia ke Mesir untuk delapan jenis produk yang dikenakan safeguard itu melonjak sangat drastis.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) ekspor cotton yarn and blend Indonesia sejak 2005 mencapai 1.798,4 ton, naik menjadi 2.702,5 ton pada 2006 dan turun menjadi 2.073,8 ton pada 2007.

Sedangkan untuk wooven fabrics of cotton yarn and blend, pada 2005 ekspornya mencapai 1.683,6 ton dan turun menjadi 1.303,6 ton pada 2006. Selama Januari-September 2007 ekspornya hanya mencapai 918 ton saja dan pada Januari-September 2008 ekspornya hanya 711,1 ton.

Sementara itu, ekspor cotton yarn and blend dunia ke Mesir melonjak tinggi sejak 2005. Pada tahun itu ekspornya mencapai 18.680,1 ton naik menjadi 25.713,8 ton selama 2006 menjadi 25.673,2 ton pada 2007.

Sedangkan untuk wooven fabrics of cotton yarn and blend pada 2005 ekspornya mencapai 236,2 ton dan naik menjadi 524,2 ton pada 2006 dan melonjak menjadi 1.322,6 ton pada 2007. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009