Jakarta (ANTARA News)- Berat bagi Alexander Suwardi ketika harus memutuskan meninggalkan pekerjaannya sebagai pengacara dan beralih menjadi pengasuh sebuah rumah penampungan anak jalanan di bilangan Cempaka Putih Barat, Jakarta Pusat.

Ketika itu tahun 2006 dan Yayasan Griya Asih baru saja kehilangan pengayomnya, Christine Tuti Murniati yang lebih dikenal dengan Ibu Pandoyo.

Kepada Alex, keponakan yang kemudian diangkat anak oleh Ibu Pandoyo, yayasan yang didirikan pada 1996 itu diwasiatkan.

"Semua orang punya panggilan masing-masing," kata Alex ketika ditemui Jumat (20/5) di Jakarta.

Ia mengakui menerima wasiat itu sebagai panggilan hidupnya.

Ia menerima tugas itu pada 2007 meski masih terus bekerja sebagai pengacara di sebuah kantor notaris. Pada 2008 dia akhirnya benar-benar mundur dari pekerjaannya dan menghabiskan sebagian besar waktunya sebagai Ketua Yayasan Griya Asih.

Di Griya Asih ia dibekali sebuah bangunan berlantai dua dan diwarisi 32 anak laki-laki dan sembilan bocah perempuan.  Yang paling kecil duduk di kelas 3 sekolah dasar, sementara yang paling besar duduk di bangku SMK.

Griya Asih memang mengusahakan pendidikan untuk  anak-anak jalanan yang ditampungnya. Tidak hanya menyedikann tempat tinggal, memberikan perhatian dan makanan, Alex juga bertekad memberi anak-anak itu pendidikan minimal setingkat sekolah menengah atas.

"Kami secara khusus mengarahkan mereka ke sekolah kejuruan," tukas Alex.

Menurutnya, dengan itu anak-anak diarahkan kepada pendidikan yang memudahkan mereka dalam mendapatkan pekerjaan. "Agar mereka cepat mandiri," tambahnya.

Berkat pendidikan yang dienyam itu, beberapa anak berhasil bekerja sebagai profesional di beberapa perusahaan dan lembaga.

"Ada yang telah menjadi akuntan, polisi air, manajer, dan pegawai perhotelan," papar Alex sembari menyebut nama beberapa perusahaan dan hotel-hotel ternama di Jakarta.

Menurut data Griya Asih sekitar 50 alumni rumah penampungan itu telah hidup mandiri dan sukses bekerja di bidangnya masing-masing.

"Mereka masih sering ke sini," kata Alex.

Menjadi Yang Terbaik

Selain berhasil membuat sebagian besar -anaknya mengembangkan dirinya, Alex juga dinilai berhasil membangun Griya Asih menjadi yayasan terpandang yang bahkan meraih gelar Organisasi Sosial Berprestasi tingkat nasional pada 2009.

Tapi jalan menuju prestasi tak datang tiba-tiba. Ia mengisahkan, ketika pertama kali terjun langsung di yayasan yang terletak di tengah gang-gang sempit padat penduduk di Cempaka Putih Barat, ia langsung menemukan masalah.

"Ketika pertama kali datang ke sini, saya baru sadar ternyata yayasan ini kurang dikenal, bahkan camat saja tidak tahu ada Griya Asih di wilayahnya," cerita ayah satu putri ini.

Alex (51), lalu mulai memperkenalkan yayasannya kepada masyarakat sekitar, mulai dari Ketua RT sampai pejabat kecamatan. Bahkan ia memperkenalkannya kepada Kementerian Sosial.  Dari perkenalan itulah, perjalanan Griya Asih perlahan berubah.

"Untuk menjadi profesional, saya berpikir yayasan ini harus dikenal pemerintah," ujar Alex yang sejak saat itu mulai membangun yayasannya sesuai dengan standar yang ditetapkan pemerintah, tepatnya Kementrian Sosial.

Pada 2009, yayasan yang dipimpinnya itu diminta Seksi Sosial, Kecamatan Cempaka Putih, untuk mengikuti lomba Organisasi Sosial Berprestasi tingkat Jakarta Pusat.

Ia berkisah dengan antusias, "Setelah kami memperkenalkan diri, Seksi Sosial Kecamatan meninjau keberadaan kami. Setelah itu kami ditawarkan untuk mengikuti lomba itu."

Untuk menjadi juara dalam kompetisi itu, yayasan harus memenuhi kriteria penilaian dari Kementrian Sosial, yaitu kelembagaan yang jelas, administrasi dan manajemen yang andal, pengembangan program, kerjasama dan kemitraan, serta kemandirian.

Setelah menempuh proses seleksi, mulai dari paparan profil yayasan, program, dan peninjauan oleh tim penilai, pada Agustus 2009 Griya Asih dinobatkan sebagai organisasi sosial paling berprestasi di Jakarta Pusat.

Tidak berhenti di situ, pada November tahun itu juga, yayasan itu menjadi yang terbaik di tingkat Provinsi DKI Jakarta. Hingga akhirnya Griya Asih terpilih sebagai salah satu dari 10 organisasi sosial berprestasi tingkat nasional pada Desember 2009.

"Akhirnya pada Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional, 22 Desember 2009, kami diundang ke Padang untuk menerima sertifikat juara nasional Organisasi Sosial Berprestasi dari Menteri Kordinator Kesejahteraan Masyarakat, Agung Laksono," kenang Alex bangga.

Mitra Kementrian Sosial


Alex dan Yayasan Griya Asih pun mulai dipandang dalam dunia penanganan sosial di tanah air.  Griya Asih sendiri menjadi mitra Kementrian Sosial dalam kegiatan-kegiatan sosial.

"Kami lalu selalu diundang dalam setiap kegiatan Kementrian Sosial untuk memberikan aspirasi dan pandangan mengenai kegiatan sosial yang kami geluti," ujar Alex.

Misalnya pada September 2010, dalam Pemantapan Purna Organisasi Sosial Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2008 sampai 2009 yang diselenggarakan Kementrian Sosial, Alex dipercaya menjadi Sekretaris Jenderal Jaringan Organisasi Sosial Berprestasi se-Indonesia.

Selain itu, sejak April 2011, Alex juga dipercaya menjadi Ketua Bidang Program Badan Kordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial Jakarta Pusat, sebuah lembaga yang dipimpin Tati Fauzi Bowo, istri Gubernur DKI Jakarta.

Griya Asih juga kemudian meraih pengakuan dari para donatur yang semakin mempercayainya. Beberapa lembaga dan perusahaan yang peduli padan kegiatan sosial pun berlomba  mengulurkan tangan, diantaranya Ford Foundation, Werk Grup, Financial Club, atau Ritz Charlton tempat beberapa anak binaan Griya Asih bekerja.

Tidak hanya dalam bidang sosial, Rabu silam (11/5), 18 anak dari Griya Asih mendapat 'coaching clinic' bola basket dari legenda basket Amerika Serikat, Ron Harper di Basketball Hall Sport and Trade Center Senayan, Jakarta.

Menurut Alex dari beberapa yayasan sosial yang ditawarkan panitia, mereka adalah yang terpilih untuk menikmati pengalaman berharga bersama Harper itu.

"Ron sendiri yang memilih kami," kata Alex sumringah.

Prestasi mencorong Griya Asih itu, di sisi lain, tidak lepas dari peran Kementrian Sosial yang terus mendorong pengembangan organisasi sosial sejak  2003 dalam program Organisasi Sosial Berprestasi.

Mutu layanan

Kementrian Sosial menggalakkan program itu untuk mengedepankan arti penting peran masyarakat dalam kesejahteraan sosial.

Organisasi sosial adalah salah satu wadah partisipasi masyarakat dalam memberikan pelayanan sosial secara swadaya seperti diatur Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.

Secara khusus, program itu dibuat guna mendorong semua organisasi sosial di Tanah Air yang menjadi mitra strategsi Kementrian Sosial, untuk meningkatkan mutu pelayanannya.

Salah satu cara mendorong peningkatan mutu itu, Kementrian Sosial membantu menguatkan semua organisasi masyarakat yang bermitra dengannya.

"Wujud kemitraan kami terutama dengan memberikan penguatan dalam organisasi lembaga atau yayasan sosial," kata Nur Efendi, Kepala Sub Direktorat Organisasi Sosial, Kementrian Sosial.

Ia meyambung, penguatan keorganisasian sebuah organisasi sosial dimulai dari tingkat pusat, yakni Kementrian Sosial, hingga dinas sosial di daerah-daerah.

Tujuan program itu sendiri adalah mengevaluasi kualitas organisasi sosial demi membangun komitmen bersama dalam meningkatkan standar kompetensi Tenaga Kesejahteraan Sosial.

Selain itu, kegiatan ini bertujuan mewujudkan kesiapan organisasi sosial berprestasi menuju sertifikasi anggotanya yang akan berimbas pada meningkat dan meluasnya strategi percepatan ke arah terwujudnya organisasi sosial mandiri dan modern sehingga optimal melayani masyarakat.

Dari data Kementrian Sosial, organisasi sosial berprestasi seperti yang dipimpin Alexander Suwandi yang terdaftar di tingkat provinsi sudah mencapai 900 sedangkan untuk di tingkat nasional berkisar 50 organisasi. (*)

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011