Jambi (ANTARA News) - Tradisi Minum Sebuk Kawo yang merupakan minuman khas masyarakat Kerinci masih lestari di desa-desa  kecamatan Keliling Danau Kabupaten Kerinci bahkan menjadi incaran wisatawan.

"Sekarang para wisatawan banyak yang suka karena merasakan sensasi yang unik dari minuman yang berasal dari daun-daun liar di pohon kopi ini," kata Kepala Desa  Jujun,  Supratman, di Kerinci, akhir pekan ini.

Sebelumnya, kata Supratman,  para petani  tidak pernah berani dijajakan secara terbuka apalagi kepada para turis atau wisatawan karena rasa yang "tidak biasa".

Sebuk Kawo memng memiliki cita rasa aneh, karena bahan dasat pembuatannya adalah daun-daun kopi liar yang sering menjadi gulma bagi perkembangan buah kopi, karena itu petani menyingkirkannya.

"Tidak jelas juga semenjak kapan lahirnya ide aneh menjadikan daun-daun liar itu menjadi bahan minuman, yang pasti dari melihat tabung Tagek (tabung teko bambu) dan mangkok Sayak(mangkok dari tempurung kelapa) yang digunakan untuk menyajikan minuman itu ada yang telah berumur ratusan tahun, maka dapatlah diduga tradisi ini setidaknya telah tumbuh di masyarakat Kerinci sudah ratusan tahun lalu," terangnya.

Martin (40) salah seorang wisatawan dari Batam yang berkesempatan mencicipi minuman unik tersebut mengaku sangat terkesan karena dirinya tidak menyangka minuman itu berbahan dasar dari daun kopi yang disalai.

"Rasanya aneh, padahal awalnya saya menduga itu minuman teh, tapi ternyata racikan daun kopi, meski terasa kelat namun untuk cita rasanya kia boleh saja meminumnya dengan gula, baik gula pasir, gula batu, gula enau, ataupun dengan madu, rasanya bertambah lezat,"  paparnya.

Martin juga mengaku takjub dengan teknik dan proses pembuatan minuman tersebut, karena dari informasi yang diperolehnya dari masyarakat setempat, untuk mendapatkan nilai rasa yang baik, air endapan daun kopi salai tersebut sebelumnya haruslah diangin-anginkan semalaman di atas atap dengan panci yang terbuka agar uap embun menyatu dengan air minuman `sebuk Kawo`nya.

"Saya pikir sangat luar biasa sekali termasuk proses pembuatannya itu, ternyata cukup memakan waktu karena harus di`Sangai` dia atas atap semalamam agar minuman yang dihasilkan bisa terasa segar dan menyegarkan saat disajikan siang hari," paparnya.

Menurut masyarakat setempat, selain desa-desa di Keliling Danau seperti Jujun, Pulau Tengah, Semerap, Tanjung Pauh, Muak, dan Lempur Danau, minuman tradisi ini juga masih berkembang di kecamatan lainnya di Kerinci seperti di Gunung Raya, Batang Merangin, dan Siulak, bahkan penyebaran tradisi minuman ini sampai di kecamatan Sungai Manau, Jangkat dan Lembah Masurai di kabupaten Merangin.

"Saya sempat menyarankan agar produksi minuman tradisional itu dikemas dalam botol saja sebagai oleh-oleh bagi wisatawan, tapi menurut masyarakat setempat nilai rasa Sebuk Kawo ini tidak akan sesegar dari wadah Tagek dan diminum dengan cangkir Sayak, makanya mereka hanya menjadikannya sebagai minuman siap saji di tempat, bukan sebagai oleh souvenir berupa minuman botolan,`` katanya.
(KR-BS/M027)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011