Baghdad (ANTARA News/AFP) - Inggris menyelesaikan misi pelatihan angkatan lautnya di Irak, Ahad, lebih dari delapan tahun setelah negara menyumbang kontingen pasukan terbesar kedua dalam invasi pimpinan AS yang telah menggulingkan Presiden Saddam Hussen.

Kendatipun telah menarik sebagian besar pasukannya pertengahan 2009, Angkatan Laut Kerajaan Inggris tetap melatih personil Irak untuk mempertahankan perairan wilayah mereka dan instalasi-instalasi minyak lepas pantai.

"Bantuan mereka sangat berharga," kata Menteri Luar Negeri Hoshyar Zebari kepada AFP. "Mereka telah banyak berkorban untuk menstabilkan (Irak) dan mereka adalah pasukan koalisi terbesar kedua.

"Kesalahan telah dilakukan, tidak hanya oleh mereka, tetapi kita semua," kata Zebari,dan menolak merinci. "Tetapi tidak dapat disangkal bantuan mereka bagi pelatihan, kemampuan membangun dan kini bagi perlindungan pelabuhan-pelabuhan minyak kami di ujung Tluk.

Juru bicara pemerintah irak Ali al Dabbagh dalam satu pesan mengatakan misi pelatihan angkatan laut Inggris telah "berakhir" dan ketika ditanyakan untuk mengonfirmasikan bahwa tidak ada lagi tentara Inggris atau pelaut di Irak, ie menjawab " Ya"

Sekitar 46.000 tentara Inggris digelar di Irak Maret dan April 2003, pada puncak operasi tempur yang berhasil menggulingkan Saddam dan akhirnya menjalani hukuman mati atas kejahatan terhadap kemanusian.

Setelah invasi itu, negara tersebut dilanda satu perang sektarian yang berpuncak tahun 2006 dan 2007. Puluhan ribu warga Irak tewas.

Aksi kekerasan sejak itu menurun, tetapi serangan-serangan tetap terjadi.

Sejumlah 179 tentara Inggris tewas di Irak dalam delapan tahun belakangan ini.

Sejumlah kecil personil akan tetap bertugas di kedubes Inggris di Baghdad.

London secara resmi mengakhiri operasi militer di Irak April 2009 dan menarik pasukannya Juli tahun itu, tetapi sejak itu terlibat

dalam misi pelatihan angkatan laut bilateral.

Program itu melibatkan pelatihan 1.800 personil Irak di 50 bidang berbeda mulai dari pertahanan anjungan minyak sampai menangani senjata-senjata ringan sebagai bagian dari usaha-usaha untuk menjamin terminal-terminal ekspor minyak selatan Irak, dari mana mayoritas besar ekspor minyak itu lewat.

Sekitar 90 persen pendapatan pemerintah Baghdad berasal dari penjualan minyak.

Pasukan Inggris akan terus mendukung program pelatihan perwira NATO sementara sejumlah serdadu Irak akan belajar pada perguruan tinggi untuk perwira angkatan darat di Sandhurst.

Sebagian besar pasukan Inggris berpangkalan di kota pelabuhan Basra, Irak selatan.

Basra, kota terbesar ketiga dan pusat minyak yang srategis, berada dalam komando Inggris sejak invasi tahun 2003, tetapi provinsi dan bandaranya dikembali pada kekuasaan Irak tahun 2009.(*)

(Uu.H-RN/B002)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011