Antibodi AZD7442
 
FILE PHOTO: (REUTERS/RACHEL WISNIEWSKI)

 
AZD7442 yakni kombinasi tixagevimab (AZD8895) dan cilgavimab (AZD1061) yang diproduksi AstraZeneca untuk pencegahan COVID-19 mempertahankan aktivitas penetralan terhadap varian Omicron SARS-CoV-2 (B.1.1.529), menurut data praklinis terbaru. AZD7442 sendiri berasal dari sel B yang disumbangkan penyintas COVID-19.

Studi yang dilakukan para peneliti Badan POM Amerika Serikat (FDA), Pusat Evaluasi dan Penelitian Biologis Amerika Serikat itu menunjukkan Inhibitory Concentration 50 (IC50) atau ukuran potensi dari suatu antibodi dalam menetralisir, ditemukan sebesar 171 ng/ml dan 277 ng/ml dalam dua tes konfirmasi yang berada dalam kisaran titer penetral pada penyintas COVID-19.

IC50 AZD7442 untuk galur asli SARS-CoV-2 yang sebelumnya disebut galur Wuhan, masing-masing sekitar 1,3 ng/ml dan 1,5 ng/ml.

Antibodi ini telah mendapatkan Emergency Use Authorization (EUA) di Amerika Serikat pada Desember 2021 untuk profilaksis atau pencegahan pra-paparan COVID-19 pada orang dengan gangguan kekebalan sedang hingga parah dikarenakan kondisi medis ataupun obat imunosupresif serta yang mungkin tidak memiliki kekebalan memadai terhadap vaksinasi COVID-19, serta orang-orang yang tidak direkomendasi untuk divaksinasi COVID-19.

Uji coba pengobatan rawat jalan fase III dari AZD7442 TACKLE menunjukkan adanya pengurangan risiko dari COVID-19 yang parah atau kematian sebesar 50 persen dibandingkan dengan plasebo pada pasien yang tidak dirawat di rumah sakit dengan COVID-19 bergejala ringan hingga sedang selama tujuh hari atau kurang.

Ivermectin

FDA belum mengizinkan atau menyetujui ivermectin digunakan dalam mencegah atau mengobati COVID-19. Obat ini hanya disetujui untuk pengobatan infeksi akibat beberapa cacing parasit dan kutu kepala dan kondisi kulit seperti rosacea.

Data yang tersedia saat ini tidak menunjukkan ivermectin efektif melawan COVID-19. Uji klinis yang menilai tablet ivermectin untuk mencegah atau bisa menjadi bagian pengobatan COVID-19 pada manusia sedang berlangsung.

Penggunaan ivermectin sebenarnya dapat berinteraksi dengan obat lain, seperti pengencer darah. Seseorang juga dapat overdosis ivermectin yang ditandai mual, muntah, diare, hipotensi (tekanan darah rendah), reaksi alergi (gatal dan gatal-gatal), pusing, ataksia (masalah dengan keseimbangan), kejang, koma dan bahkan kematian.

Pakar penyakit menular dari University of Maryland, Amerika Serikat, Dr. Faheem Yunus menyatakan perlunya studi lebih luas dan mendalam sebelum menjadikan ivermectin sebagai obat terapi COVID-19.

Menurut dia, obat ini tidak dapat menyembuhkan atau mencegah COVID-19 dan tidak memberikan banyak efek terhadap SARS-CoV-2.

Baca juga: Tanggapan Dokter Faheem Younus soal ivermectin jadi obat terapi

Baca juga: Dokter Faheem Younus anjurkan masyarakat tetap divaksin Sinovac

Baca juga: Dokter Faheem Younus: Gunakan hati dan otak saat edukasi soal COVID-19



 

Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021