Jakarta (ANTARA) - Para peneliti hingga kini masih terus melakukan berbagai studi demi menemukan pengobatan untuk COVID-19 yang telah menjadi pandemi lebih dari setahun terakhir.

Pada tahun 2021 tercatat beberapa obat antivirus oral diketahui menawarkan hasil baik dalam uji klinis dan menunjukkan harapan dalam mengurangi risiko rawat inap dan kematian terkait COVID-19 termasuk akibat varian Omicron.

Selain itu, ada juga antibodi yang bisa dimanfaatkan untuk mencegah orang dengan kondisi khusus terkena COVID-19 yang parah hingga berisiko menyebabkan kematian, walau memang semua ini masih memerlukan studi lanjutan.

Berikut daftar obat yang dimaksud seperti ANTARA rangkum dari berbagai sumber:

Molnupiravir

Pada November 2021, Merck merilis hasil studi tentang obat antivirus oral untuk mengobati COVID-19. Dibandingkan dengan plasebo, obat antivirus yang disebut molnupiravir itu mengurangi risiko rawat inap dan kematian hingga 30 persen pada orang dengan COVID-19 ringan atau sedang yang berisiko tinggi untuk COVID-19 parah.

Sebuah panel penasehat Badan POM Amerika Serikat (FDA), seperti dikutip dari laman resmi Harvard Medical School, Selasa, merekomendasikan otorisasi penggunaan darurat (EUA) untuk molnupiravir, tetapi FDA belum membuat keputusan terkait penggunaannya.

Hasil studi yang dilakukan pihak Merck didasarkan pada data 1433 peserta studi di Amerika Serikat dan di seluruh dunia. Agar memenuhi syarat untuk penelitian ini, para peserta harus terdiagnosis COVID-19 ringan hingga sedang, sudah mulai mengalami gejala tidak lebih dari lima hari sebelum pendaftaran penelitian, dan memiliki setidaknya satu faktor risiko yang bisa meningkatkan peluang terburuk akibat COVID-19.

Peneliti mengungkapkan, tak satu pun dari peserta dirawat di rumah sakit pada saat mereka mengikuti penelitian. Sekitar setengah dari peserta penelitian memakai obat antivirus molnupiravir yakni empat kapsul dua kali sehari selama lima hari.

Hasil studi memperlihatkan, pasien dengan molnupiravir 30 persen lebih kecil kemungkinannya dirawat di rumah sakit atau meninggal karena COVID-19 dibandingkan mereka yang memakai plasebo.

Selama periode penelitian 29 hari, sebanyak 48 orang dari 709 (6,8 persen) peserta yang memakai molnupiravir dirawat di rumah sakit, dan satu orang dalam kelompok itu meninggal dunia.

Pada kelompok plasebo, sebanyak 68 dari 699 (9,7 persen) peserta dirawat di rumah sakit, termasuk sembilan peserta dalam kelompok itu yang meninggal.

Obat antivirus dikatakan efektif melawan beberapa varian COVID, termasuk varian Delta. Para ilmuwan masih menyelidiki efektivitas molnupiravir terhadap varian Omicron.

Molnupiravir yang dikembangkan Merck dan Ridgeback Biotherapeutics bekerja dengan mengganggu kemampuan virus SARS-CoV-2 bereplikasi.

Baca juga: Obat COVID-19 Pfizer diklaim pangkas risiko hingga 89 persen

Baca juga: Denmark setujui molnupiravir sebagai obat pasien COVID-19

Baca juga: Pemerintah AS akan beli molnupiravir senilai 1 miliar dolar


Halaman selanjutnya: Paxlovid

Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021