Jakarta (ANTARA News) - Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Herry Bhakti, Senin, meminta maskapai penerbangan Merpati mengevaluasi kembali program pelatihan pilot untuk mencegaj terulangnya kejadian jatuhnya pesawat MA-60 di Papua Barat beberapa waktu lalu.

Kepada wartawan di Jakarta, Senin, Herry menyebutkan, instruksi evaluasi ini didasari oleh hasil Special Safety Audit terhadap pesawat MA 60 dan pengoperasiannya oleh PT Merpati.

Herry memaparkan, pilot yang menerbangkan MA 60 diketahui berasal dari beragam kualifikasi antara lain pesawat F-27, F-100, Casa 212, CN 235, dan Boeing 737.

Untuk itu, seharusnya para pilot tersebut juga diberikan pelatihan line training yang memadai termasuk di dalamnya route qualification terhadap pilot yang sudah lama tidak terbang di daerah yang memerlukan pendekatan virtual (Virtual Flight Rule/VFR).

Pemerintah juga meminta PT Merpati meningkatkan pengawasan terhadap pelaksanaan prosedur operasi standar (SOP) serta memberikan pelatihan ulang berkaitan dengan beberapa hal esensial seperti ALAR, CFIT dan Stabilized Approach.

Ia menuturkan, ada indikasi kurang koordinasi dalam peristiwa jatuhnya pesawat MA 60 tetapi hal itu masih harus menunggu kesimpulan lengkap dari Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).

Hasil audit itu juga menyatakan bahwa MA 60 dapat diterbangkan kembali karena tidak dinilai memiliki persoalan kesalahan teknis.

Dari 12 pesawat jenis tersebut, 10 pesawat dinyatakan laik dioperasikan kembali oleh Merpati, tetapi dua pesawat lainnya masih dalam perawatan di Surabaya.

Kemenhub juga melarang Merpati menerbangkan pesawat MA 60 ke tiga bandara di Indonesia yang memiliki tingkat kesulitan tinggi dalam bermanuver.

Tiga bandara tersebut adalah Bandara Ruteng (Nusa Tenggara Barat/NTB), Bandara Ende (Nusa Tenggara Timur/NTT), dan Bandara Umbu Waingapu (NTT).

Sebelumnya, Menteri Perhubungan Freddy Numberi mengatakan telah menyelesaikan audit kelaikan MA-60 dan akan melanjutkan dengan audit operasional pengoperasian pesawat oleh Merpati Nusantara Airlines.

"Pesawat itu `kan untuk beberapa hari tidak terbang, dari hasil evaluasi sudah bisa terbang. Sekarang tinggal kita menunggu dari KNKT untuk evaluasi kecelakaannya," kata Freddy di Kantor Presiden Jakarta, Rabu (18/5).(*)

M040/B012

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011