Jakarta (ANTARA) -- Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Sigit Reliantoro menyatakan, Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Nasional 2021 mencapai 71,43, atau melebihi dari target yaitu 68,96. Nilai IKLH tahun 2021 juga mengalami peningkatan sebesar 1,16 poin dari tahun sebelumnya 70,27. 
 
“Kalau dilihat Alhamdulilah tahun ini terjadi peningkatan IKLH Indonesia. IKLH ini adalah suatu gambaran mengenai kualitas lingkungan hidup di Indonesia yang diukur/nilai komposit dari matra air, udara, tutupan lahan, dan juga kualitas air laut,” ungkapnya di acara Refleksi Akhir Tahun 2021 KLHK yang berlangsung secara luring dan daring, di Jakarta pada tanggal 21 Desember 2021.  
 
Peningkatan terjadi pada Nilai Indeks Kualitas Udara (IKU) Tahun 2021 (sementara) yaitu mengalami peningkatan sebesar 0,02 poin dibanding tahun 2020 yaitu 87,23, Nilai Indeks Kualitas Air Laut (IKAL) Tahun 2021 (sementara) melebihi target yaitu 81,03, Nilai Indeks Kualitas Lahan (IKL) Tahun 2021 (sementara) meningkat 0,18 dibandingkan tahun 2020, Nilai Indeks Kualitas Ekosistem Gambut (IKEG) Tahun 2021 (sementara) yaitu 68,00 melebihi target, yaitu 66,30 dengan kenaikan 2,3 poin dari tahun 2020. 
 
Sigit melanjutkan, mulai tahun 2021 Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota diajak menetapkan target IKLH dan memasukan ke dalam RPJMD. 
 
“Jadi target IKLH dibreakdown di masing masing pemerintah daerah, kita berkoordinasi dengan Ditjen Otonomi Daerah dan Ditjen Bina Pembangunan Daerah Kemendagri untuk menggunakan Indikator target IKLIH itu sebagai salah satu indikator evaluasi kinerja pembangunan lingkungan hidup di daerah,” ungkap Sigit. 
 
Selanjutnya untuk kegiatan Pemulihan Kerusakan Lingkungan, Sigit mengungkapkan jika jajarannya telah melakukan berbagai macam inovasi, yang pertama adalah pembangunan Ekoriparian yaitu pemanfaatan sempadan sungai untuk menjadi pusat wisata edukasi lingkungan dengan tidak menganggu ekosistem yang ada dan dalam pengelolaan dengan melibatkan peran serta masyarakat. 
 
Ekoriparian berperan dan bermanfaat sebagai tata ruang hijau di bantaran sungai. Beberapa lokasi pembangunan dan pengembangan ekoriparian Tahun 2021, yaitu Ekoriparian Bintang Alam (Karawang, Jawa Barat); Ekoriparian Taman Sekar Taji (Solo, Jawa Tengah); Ekoriparian Mega Regency (Bekasi, Jawa Barat); dan Ekoriparian Cikampek Baru (Karawang, Jawa Barat). 
 
Berikutnya pemulihan lingkungan dilakukan melalui Pengembangan Lahan Basah Buatan/atau Constructed Wetland. Metode ini pembangunan ekosistem buatan yang didesain khusus untuk memurnikan air tercemar dengan mengoptimalkan proses fisika dan biokimia yang melibatkan tanaman, mikroba, dan tanah yang tergenang air. 
 
Pemulihan lingkungan juga dilakukan melalui Pemulihan Lingkungan di Ekosistem Gambut yang berada baik di lahan masyarakat mupun di lahan konsesi. 
 
Selain memulihkan ekosistem gambut, KLHK juga melakukan inventarisasi ekosistem gambut untuk mengetahui dan memperoleh data serta informasi tentang karakteristik ekosistem gambut. Inventarisasi karakteristik ekosistem gambut pada level skala 1:50.000 tahun 2021 pada 36 Kawasan Hidrologis Gambut (KHG) telah mencakup luasan total sekitar 1.475.119,94 hektar. Sementara secara total dalam unit KHG total dari tahun 2015 – 2021 terinventarisasi 271 KHG dari 865 KHG di seluruh Indonesia. 
 
Pemulihan ekosistem gambut juga dilakukan di lahan konsesi yaitu di sebanyak 320 perusahaan yang terdiri dari perusahaan hutan tanaman industri/HTI (Pulpwood Industrial Plantation) dan kelapa sawit (Palm Oil Plantation), dengan jumlah titik pantau tinggi muka air tanah (TP-TMAT) sebanyak 10.450 titik. Luasan areal pemulihan ekosistem gambut sekitar 3,67 juta hektar. 
 
“Apa yang dihasilkan dari upaya pemulihan lingkungan di KHG salah satunya sekat kanal yang terdapat di perkebunan dan HTI menyebabkan kenaikan muka air tanah sehingga gambut menjadi basah berhasil mencegah kebakaran hutan dan lahan,” ujar Sigit. 
 
Sementara di perairan pemulihan lingkungan dilakukan sejak tahun 2015 – 2021 di 31 lokasi dengan total luasan pemulihan sekitar 10.582,40 m2. Pada tahun 2021 dilaksanakan pemulihan di 4 lokasi yaitu Berau, Bintan, Ambon, dan Ternate. 
 
Lebih lanjut Sigit menjelaskan terkait upaya pengendalian pencemaran yang terus berjalan melalui berbagai macam program seperti Pembangunan Fasilitas Pengolahan Air Limbah dan pemantauan pencemaran lingkungan. “Kami sudah memiliki sistem pemantauan yang sifatnya 24 jam non stop untuk pemantauan kualitas air, udara, emisi dan effluent dari industri,” imbuh Sigit. 
 
Pemantauan terhadap kinerja perusahaan dalam mengelola lingkungan melalui PROPER pun terus dilakukan bahkan dikembangkan untuk memantau seluruh proses perusahaan dalam metode Life Cycle Assessment (LCA). Dengan metode berbasis cradle to grave keseluruhan siklus dari proses produksi hingga pengolahan limbah akan dianalisis. Sehingga akan diketahui jumlah energi, biaya dan dampak lingkungan yang disebabkan oleh tahapan daur hidup produk dimulai dari pengambilan bahan baku sampai dengan produk itu selesai digunakan oleh konsumen. 
 
“Dari LCA perusahaan sebetulnya akan tahu sebetulnya ‘dosa’ lingkungan mereka ada dimana, tidak selalu ‘dosa’ nya itu ada di waktu produksi, LCA juga memberikan feedback untuk membuka pangsa pasar/produk baru yang ramah lingkungan, sekaligus menjawab ‘dosa’ lingkungan yang dibuat oleh perusahaan,” tambah Sigit. 
 
Sejak pertama kali LCA diperkenalkan higga saat ini sudah 289 perusahaan yang menerapkan LCA dalam manajemen lingkungannya. 
 
Program Kinerja Penilaian Peringkat Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Tahun 2021 mencapai kinerja yaitu efisiensi air 215.089.580 m3, efisiensi energi 392.764.490 GJ, 3R Limbah B3 sebesar 21.543.438 ton, 3R Limbah Non B3 sebanyak 6.593.294 ton. Dari segi penurunan emisi konvensional tercapai sebesar 5.014.647 ton, dengan penurunan beban pencemaran 28.672.842 ton, serta penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 92.883.439 ton CO2e. 
 
PROPER Tahun 2021 juga menghasilkan jumlah inovasi dalam pengelolaan lingkungan di antaranya yaitu 117 inovasi dalam bidang keanekaragaman hayati, 129 efisiensi energi, serta 103 penurunan emisi.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2021