Bandarlampung (ANTARA) - Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) luar negeri merasa belum banyak dilibatkan dalam program NU di level internasional.

Rais Syuriah PCINU Mesir KH Mukhlason Jalaluddin mengatakan potensi kader NU di luar negeri sangat besar dan dapat dimanfaatkan untuk memperkenalkan NU di dunia internasional.

"Namun sayangnya, kepemimpinan NU selama ini tidak mengoptimalkan eksistensi NU luar negeri untuk mengembangkan kerja sama dan penguatan jaringan internasional," kata Mukhlason dikutip dari keterangan tertulis di Bandarlampung, Rabu.

Hal senada dikemukakan Rais Syuriah PCINU Belanda KH Nur Hasyim Muzadi. Ia mengatakan SDM NU luar negeri yang demikian besar dan memiliki jaringan kuat di berbagai bidang belum dioptimalkan PBNU untuk mengembangkan program-program NU ke depan.

Baca juga: Presiden Jokowi ajak pemuda NU ciptakan kesejahteraan buat semua

Menurut dia, tantangan NU memasuki abad kedua cukup berat sehingga NU perlu merumuskan program-program internasional yang melibat PCI luar negeri.

"Memasuki abad kedua, tantangan NU cukup besar dan persoalan dunia semakin kompleks karena itu peran PCI menjadi sangat strategis," ujarnya.

Mukhlason dan Nur Hasyim memprakarsai pertemuan 30 PCINU di sela-sela Muktamar Ke-34 NU dengan mengundang kandidat Ketua Umum PBNU untuk memaparkan programnya di Kampus Unila Bandarlampung, Selasa (21/12).

Dari kubu KH Yahya Cholil Staquf diwakili KH Imron Rosyadi, kubu As'ad Said Ali diwakili KH Khariri Makmun. Kubu KH Said Aqil Siroj yang rencananya diwakili Kiai Marsyudi Suhud hingga acara berakhir tidak datang.

Baca juga: Panita sebut peserta Muktamar NU telah dikurangi 50 persen lebih

Dalam pemaparannya, KH Imron Rosyadi yang sering disapa dengan panggilan Gus Im menyampaikan pentingnya regenerasi bagi NU, terlebih lagi saat ini NU telah memasuki abad kedua.

"NU menghadapi tantangan yang cukup berat, karena itu kepemimpinan NU mendatang harus diisi pemimpin muda visioner yang memiliki pola pikir strategis," katanya.

Gus Im yang saat ini menjabat sebagai Rektor Unira Malang, Jawa Timur, menambahkan bahwa kader-kader NU di luar negeri memiliki jaringan yang bisa dikembangkan untuk memperkuat penyebaran moderasi Islam di berbagai penjuru dunia.

"Pengenalan moderasi Islam sangat dibutuhkan di tengah perkembangan dunia yang penuh dengan ketidakpastian," ujarnya.

Sementara KH Khariri Makmun memaparkan program-program konkret bagi pengembangan NU internasional. Pertama, akan mengembangkan Gerakan Aswaja Dunia dan penguatan posisi Indonesia di dunia internasional.

Baca juga: Wapres hadiri Muktamar Ke-34 Nahdlatul Ulama di Lampung

Menurut dia, penguatan Aswaja Dunia bisa dilakukan dengan memperkuat jaringan ulama Aswaja baik di Timur Tengah maupun dunia Islam, menghidupkan forum ulama dunia untuk mencari penyelesaian konflik di negara Islam seperti Afghanistan, Palestina, dan Yaman.

Kedua, mendukung pembuatan database SDM NU yang sedang digarap PCI sebagai langkah untuk menyinergikan seluruh potensi di berbagai bidang guna mewakili NU di sektor publik baik pemerintah maupun swasta.

Ketiga, memerankan PCI sebagai duta besar dan ujung tombak diplomasi NU di luar negeri. Keempat, membuat program prioritas PCI sesuai zona wilayah.

"PCI wilayah Eropa dan Amerika Serikat memperkuat riset dan pengembangan teknologi, wilayah Asia dan Australia mengembangkan program kemandirian ekonomi, dan wilayah Timur Tengah termasuk Afrika memperkuat pemikiran Islam," kata Khariri.

Khariri Makmun yang saat ini menjadi Wakil Direktur Eksekutif ICIS dan salah satu inisiator pendiri NU Jepang menyampaikan bahwa PCI luar negeri di 33 negara merupakan aset penting NU dan menjadi kunci kemajuan NU memasuki abad kedua.



 

Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2021