Jakarta (ANTARA News)- Departemen Pertanian (Deptan) mengeluarkan larangan impor bibit kelapa sawit dari Papua Nugini (PNG) menyusul ditemukannya penyakit "lethalyellowing" pada benih tanaman tersebut saat masuk ke Indonesia. Kepala Badan Karantina Pertanian Deptan, Syukur Iwantoro, di Jakarta, Rabu, menyatakan pada Oktober 2005 lalu pihaknya menemukan 300 ribu bibit sawit asal PNG masuk ke Indonesia melalui Bandara Sukarno-Hatta, Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, dan Merauke Papua yang terinfeksi penyakit "lethalyellowing". "Oleh karena itu semua benih sawit asal PNG dilarang masuk ke Indonesia, sebelum ada inspeksi dari Badan Karantina ke sana dan dinyatakan bebas penyakit," katanya. Menurut dia, dari ke-300 ribu bibit sawit tersebut, 100 ribu masuk lewat Merauke, 100 lagi dari Bandara Sukarno-Hatta telah dimusnahkan, sedangkan 100 ribu lainnya yang melalui pelabuhan Tanjung Perak Surabaya direekspor ke PNG. Menyinggung tindakan karantina yang dilakukan sepanjang 2005, Syukur menyatakan pihaknya telah melakukan pemeriksaan sebanyak 110.526 kali, pengasingan 12 kali, penahanan lima kali, penolakan delapan kali dan pemusnahan 30 kali. Jenis komoditas yang diperiksa meliputi tanamanan pangan yakni biji gandum dan padi, tanaman hortikultura yakni benih kentang, sayuran dan buah-buahan serta tanaman hias serta tanaman perkebunan diantaranya kakao, karet, kelapa dan kelapa sawit. Tindakan serupa juga dilakukan untuk komoditas peternakan yang meliputi pemeriksaan terhadap daging, jeroan sapi dan kerbau, daging unggas, telur ayam dan bebek, bulu bebek, vaksin, daging domba dan anjing. Untuk komoditas peternakan, tindakan karantina yang dilakukan sepanjang 2005 berupa pemeriksaan sebanyak 54.234 kali, pengasingan 696 kali, penahanan 138 kali, penolakan 36 kali dan pemusnahan sebanyak lima kali. Pada kesempatan itu, Syukur menyatakan, memasuki 2006 Badan Karantina Pertanian akan terus memaksimalkan perannya dalam perlindungan negara terhadap masuknya hama dan penyakit tumbuhan maupun hewan serta memperkuat posisi Indonesia dalam perdagangan global. Untuk itu, tambahnya, pihaknya telah menetapkan sejumlah langkah dan prioritas yakni pengembangan infrastruktur seperti laboratorium dan perangkatnya, pengembangan teknologi informasi, serta penguatan Sumber Daya Manusia (SDM).(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006