Itu cermin orang atau bangsa yang tak gemar membaca, Interupsi boleh, tapi yang sopan dong, jangan dengan kata makian,"
Jakarta (ANTARA News) - Pengertian membaca bukanlah hanya terbatas dalam memahami karya tulis.  Membaca juga terjadi ketika menikmati karya audio visual, kata aktor sekaligus sutradara senior, Slamet Rahardjo Djarot.

"Membaca jangan diartikan sebatas pengertian karya tulis semisal buku. Membaca juga berarti memaknai dan mengikuti," kata Slamet Rahardjo kepada ANTARA News usai mengisi acara dialog bertajuk "Membaca Bangkitkan Karakter Bangsa" di Jakarta, Rabu.

Slamet, kelahiran tahun 1949,  mengutarakan bahwa membaca bagaikan "seperti seorang bayi yang mengikuti gerakan orang tuanya ketika diasuh sejak kecil."

"Karya - karya audio visual saat ini juga berperan dalam mencerdaskan, jadi membaca itu artinya memaknai seluruh masalah - masalah dan luas maknanya," kata sutradara terbaik FFI 1985 lewat film "Kembang Kertas" itu.

Dia menyimpulkan bangsa Indonesia tidak gemar membaca, dan hal itu tercermin dari kericuhan yang terjadi di kongres PSSI.

"Itu cermin orang atau bangsa yang tak gemar membaca,  Interupsi boleh,  tapi yang sopan dong, jangan dengan kata makian," kata Slamet yang pemandu tetap salah satu acara bincang-bincang di TVRI.

Aktor Terbaik Piala Citra 1974 dalam "Ranjang Pengantin"  dan "Badai Pasti Berlalu" (1977)  itu mengemukakan dirinya membaca tontonan itu sebagai  tantangan baru untuk bangsa. "Kini kita sudah sadar  ada di titik nadir. Ini karena Pancasila sudah kita punggungi," katanya.


 

Pewarta: Yudha Pratama Jaya
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011